Keindahan Pulau Kemaro Menyimpan Legenda Cinta Menyedihkan
- VIVA.co.id/Aji YK Putra
VIVA – Pulau Kemaro yang terletak di tengah sungai Musi ini menjadi salah satu destinasi wisata di Palembang, Sumatera Selatan yang sering didatangi para turis mancanegara.
Untuk berkunjung ke sini, ada dua jalur yang bisa dilewati. Jalur pertama, bisa melintasi Jalan Dokter Sutami, Kecamatan Kalidoni, Palembang. Di sana akan ada perahu kecil yang siap mengantar Anda untuk menyeberang ke Pulau Kemaro yang hanya berjarak 100 meter. Ongkosnya pun tak membuat kantong jebol, cukup membayar Rp10 ribu, Anda akan langsung sampai ke tujuan.
Sedangkan jalur kedua membutuhkan waktu lebih lama, sekitar 30 menit. Para wisatawan akan naik perahu kecil yang disebut getek atau speedboat dari pelataran Benteng Kuto Besak (BKB). Selama perjalanan, Anda akan menikmati pemandangan luasnya Sungai Musi dan Jembatan Ampera dari sisi bawah. Untuk ongkos, biasanya dipatok dengan harga Rp300 ribu (pergi-pulang).
Beberapa nelayan tradisional juga akan terlihat sepanjang perjalanan. Begitu juga para warga tinggal di pinggiran Sungai Musi.
Ketika tiba di Pulau Kemaro, suasana ala kampung Pecinan akan terasa kental. Pagoda yang menjulang tinggi, serta patung Budha berdiri kokoh menjadi tempat favorit untuk berfoto.
Sementara itu, wisatawan asal Bandung, Patriot dan Dania yang ditemui VIVA saat berlibur ke Pulau Kemaro. Mereka tertarik ke pulau ini karena penasaran setelah membaca artikel di internet.
"Kami senang dengan suasananya yang banyak pohon rimbun. Di sini asyik untuk berfoto dan bersantai" kata Patriot.
Di sana terletak dua makam, yakni putri raja Palembang, Siti Fatimah dan suaminya yang merupakan pangeran dari China, Tan Bun An. Selain banyak yang penasaran dengan legenda percintaan Tan Bun An dan Siti Fatimah, di sini pun terdapat pohon cinta.
Banyak orang yang meyakini jika duduk bersama pasangan di bawah pohon tersebut, hubungan mereka akan lebih awet dan romantis. "Katany begitu, jadi mau coba," kata Dania sembari bercanda.
Legenda Pulau Kemaro
Keberadaan Pulau Kemaro sendiri tidak lepas dari sebuah legenda kisah cinta sejati Siti Fatimah, seorang putri raja Palembang dengan Tan Bun An, pangeran asal Tiongkok.
Dikutip dari berbagai sumber, Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terbesar kala itu membawa Tan Bun An hingga ke Palembang. Selama di Palembang, Tan Bun An jatuh hati kepada Siti Fatimah dan memutuskan untuk menyuntingnya. Tan Bun An lalu mengajak Siti Fatimah ke daratan China untuk bertemu dengan orangtuanya.
Saat pulang kembali ke Palembang, Tan Bun An dan Siti Fatimah mendapatkan tujuh buah guci sebagai hadiah pernikahan mereka. Begitu tiba di Sungai Musi, Tan Bun An membuka tujuh guci tersebut. Emosi pangeran asal China itu tak bisa terbendung lantaran melihat isinya hanya berisi sayuran dan ikan asin.
Tanpa berpikir panjang, dia pun membuang satu per satu guci itu ke Sungai Musi. Hingga ketika guci terakhir akan dibuang tiba-tiba jatuh dan pecah. Tan Bun An terkejut melihat isi guci itu ternyata selain sayur dan ikan asin, terdapat emas.
Tan Bun An yang menyesal langsung terjun ke sungai untuk mencari guci-guci yang telah dibuangnya. Sang pengawal yang melihat tuannya terjun juga turut menceburkan diri ke Sungai Musi. Karena melihat Tan Bun An dan pengawalnya tidak muncul ke permukaan, Siti Fatimah akhirnya ikut menceburkan dirinya ke sungai, namun sayang ketiganya ikut tenggelam bersama harta yang telah dibuang Tan Bun An ke Sungai Musi.
Isi tujuh guci itu sengaja diletakkan sayuran dan ikan asin di atas emas oleh orangtua Ta Bun An untuk menghindari para perompak kapal kala itu. Namun Tan Bun An tidak mengetahui hal tersebut.
Dari tempat ketiga orang yang tenggelam inilah muncul sebuah daratan yang diberi nama Pulau Kemaro. Untuk mengenang cinta sejati Tan Bun An dan Siti Fatimah, banyak umat Tridharma yang berdoa di Pulau Kemaro. Di sini juga mereka bisa berdoa di makam Tan Bun An dan Siti Fatimah sebagai penanda makam Siti Fatimah yang berada di Kelenteng Pulau Kemaro.
Pulau Kemaro paling banyak dikunjungi ketika perayaan Cap Go Meh. Warga keturunan China dari berbagai negara seperti Singapura, Thailand dan Malaysia datang mengunjungi lokasi wisata ini.
Pada perayaan itu, ada berbagai acara ritual, seperti membakar dupa hingga memotong hewan ternak berupa kambing untuk dibagikan kepada warga. Umat Tridarma sendiri meyakini melakukan ibadah dan berdoa di Pulau Kemaro pada perayaan Cap Gomeh akan mendapatkan banyak rezeki dan keberuntungan.