Begini Rasanya Naik Kereta Bawah Tanah di China
- VIVA.co.id/Dusep Malik
VIVA – Kota Beijing adalah pusat pemerintahan negara Republik Rakyat China. Kota dengan jumlah penduduk mencapai 23 juta jiwa ini sangat ramai dan padat. Jalanan di kota ini pun hampir bisa dikatakan setiap pagi dan sore hari selalu dipadati kendaraan pribadi.
Padahal, bisa dikatakan Ibu Kota negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia ini telah memiliki berbagai macam transportasi massal yang cukup modern. Dari bus listrik, kereta bawah tanah, hingga kereta kecepatan tinggi paling cepat di dunia.
VIVA dan sejumlah jurnalis asal Indonesia yang sempat mengunjungi kota tersebut sempat mencoba sejumlah transportasi massal. Kali ini rombongan mencoba transportasi kereta api bawah tanah atau subway. Kereta ini mirip seperti kereta MRT yang sedang dibangun di Ibu Kota Jakarta dari Lebak Bulus ke Bundaran HI yang akan beroperasi 2019 nanti.
Pemerintah Kota Beijing ternyata telah menyiapkan sarana dan prasarana kereta api bawah tanah ini sejak 1969. Mereka saat ini telah membangun jalur kereta bawah lebih dari 20 rute yang mengelilingi seluruh Beijing hingga ke kota-kota di sekitar Ibu Kota.
Sejumlah penumpang saat membeli tiket di Vending Machine kereta bawah tanah Beijing. (Foto: VIVA.co.id/Dusep Malik)
Kereta bawah tanah di Beijing, dioperasikan oleh tiga perusahaan yaitu Beijing Mass Transit Railway Operation Corp, Beijing MRT Corp dan perusahaan patungan antara Beijing MRT dengan Hong Kong MRT. Pemerintah Beijing memiliki target untuk membangun jalur kereta bawah tanah ini hingga 1.050 kilometer pada 2020.
VIVA dan rombongan sempat mencoba transportasi massal ini dari stasiun Renmin University of China menuju stasiun Nanluoguxiang. Dalam kesempatan itu, kami menggunakan dua jalur yaitu Line 4 dan Line 6 atau hanya satu kali transit di stasiun Ping'Anli.
Bila menggunakan kendaraan pribadi dari lokasi stasiun waktu tempuh yang dicapai bisa selama satu jam, sementara dengan menggunakan kereta bawah tanah waktu tempuh bisa lebih singkat yaitu sekitar 30 menit.
Untuk membeli tiket kereta bawah tanah ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu cash melalui Vending Machine yang sudah tersedia atau menggunakan kartu langganan khusus yang sudah disediakan oleh perusahaan yang mengoperasikan jalur kereta tersebut.
Penumpang saat melakukan tapping masuk ke dalam stasiun kereta bawah tanah Beijing. (Foto: VIVA.co.id/Dusep Malik)
Louis, salah satu mahasiswa Renmin University of China yang ikut dalam rombongan kami mengungkapkan adanya transportasi massal di Kota Beijing sangat membantu masyarakat untuk menempuh waktu ke lokasi tujuan. Terlebih di jalanan kota sering macet dan berpolusi udara yang kurang baik.
"Pemerintah terus membangun jalur-jalur baru kereta bawah tanah untuk membantu masyarakat bepergian. Saat ini sudah ada 20 jalur dan dioperasikan oleh tiga perusahaan. Ke depan saya rasa masih akan ada lagi jalur-jalur baru," ujarnya kepada VIVA.
Sejumlah penumpang yang masih duduk di lantai kereta bawah tanah. (Foto: VIVA.co.id/Dusep Malik)
Berdasarkan pantauan, sarana dan prasarana kereta bawah tanah di Kota Beijing sangat rapi dan bersih. Bangunan dan kereta yang beroperasi sangat modern. Hanya saja dalam pelaksanaannya peraturan yang telah dibuat perusahaan kereta tak sepenuhnya diikuti masyarakat, sebab masih ada bangku khusus disabilitas digunakan oleh yang bukan hak.Â
Selain itu, di dalam kereta masih ada penumpang yang duduk-duduk di lantai. Ditambah aturan penggunakan eskalator yang belum sepenuhnya dipatuhi, khususnya mengosongkan jalur di sebelah kiri untuk penumpang yang ingin berjalan lebih cepat untuk mengejar kereta.