Ini yang Bikin Sumba Menjadi Lokasi Eksotis untuk Dikunjungi
- VIVA.co.id/Bimo Fundrika
VIVA – Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu destinasi yang populer di kalangan wisatawan. Memiliki alam dan budaya yang eksotis, membuat pulau ini dapat memanjakan wisatawan yang datang.
Terdiri dari empat kabupaten, yang memiliki ciri khasnya masing-masing. Hal ini pun membuat wisatawan dapat merasakan sensasi wisata yang berbeda.
Seperti di Sumba Tengah, Bupati Sumba Timur Gidion Mbiliyora, menyebut, daerah ini memiliki salah satu ritual adat yang terkenal bernama Purung Ta Kadonga Ratu, yang secara harfiah berarti Turun ke Lembah Imam.
Ritual ini pun memiliki tujuan untuk meminta berkat hujan dari leluhur agar tanaman padi mereka tidak kering dan tidak menderita kelaparan. “Ritual ini sudah dilakukan turun temurun. Wisatawan yang ingin menyaksikan ritual ini silakan berkunjung di akhir bulan Juli,” kata saat nyaditemui di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa 7 November 2017.
Dia mengatakan, potensi lainnya dari kabupaten ini adalah kerajinan tenun ikat menjadi daya tarik unggulan di Kabupaten Sumba Timur. Yang mana, kain tenun ikat dari daerah ini biasanya digunakan untuk pakaian adat saat upacara adat dan sebagai pemberian cinderamata.
Kain tenun ikat, kata Gidion, memiliki motif yang merepresentasikan nilai-nilai atau keyakinan masyarakat Sumba Timur. Selain itu, memiliki nilai seni yang tinggi karena diproduksi secara manual dengan pewarna alam dan alat tradisional dan membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk menyelesaikannya.
Tak hanya Sumba Timur, Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya, pun memiliki tradisi Pasola yang merupakan ritual pengucapan syukur berupa permainan ketangkasan. Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok yang berlawanan dan saling melempar lembing kayu dari atas kuda yang sedang dipacu.
Ritual Pasola ini diselenggarakan oleh penduduk Sumba yang masih menganut kepercayaan asli yaitu Marapu dan tujuannya adalah merayakan datangnya musim panen.
"Pasola hanya akan digelar sekali dalam setahun di bulan Februari dan Maret. Ini menjadi ritual sakral dan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan," kata Wakil Bupati Sumba Barat Marthen Ngailu Toni. (mus)