Menjajal Sistem Transportasi Singapura yang Terintegrasi
- VIVA.co.id/Fajar Ginanjar Mukti
VIVA – Singapura, negara kecil tetangga Indonesia yang hanya memiliki luas 719,9 kilometer persegi, terkenal akan modernitas dan kemajuannya. VIVA sempat merasakan keunggulan dari 'negara singa' itu, terutama dalam hal sistem transportasi, selama kunjungan tiga hari ke sana, pekan lalu.
Singapura memiliki sistem transportasi terintegrasi, berbasis darat, rel, hingga udara, yang telah dimulai perencanaannya sejak 1967, atau dua tahun setelah Singapura baru merdeka. Setibanya di Bandara Changi, pengunjung segera terhubung dengan sistem transportasi terintegrasi itu melalui stasiun Mass Rapid Transit (MRT/angkutan massal cepat) Bandara Changi.
Dari sini, pengunjung bisa menjelajahi hampir semua area Singapura melalui enam jalur aktif kareta, dengan panjang total 198,6 kilometer serta 154 stasiun. MRT dioperasikan melalui kerja sama Pemerintah Singapura dan dua perusahaan swasta.
MRT menjangkau seluruh tempat utama di Singapura seperti objek wisata, kawasan bisnis, mal, gedung-gedung pemerintahan, hingga sarana-sarana pendidikan dan perpustakaan. Pengembangan setiap stasiun didasarkan pada konsep TOD (transit oriented development).
Tarif MRT Singapura terbilang terjangkau, berkisar Sin$0,77 hingga Sin$2,02 (Rp7.000-20.000). Tiket bisa berupa kartu uang elektronik maupun tiket satu kali perjalanan di kios-kios tiket, serta mesin penjualan
tiket otomatis di setiap stasiun.
Akan selalu ada petugas yang melayani penumpang, yang baru pertama kali menggunakan MRT Singapura. Selain itu, untuk para wisatawan, ada tawaran menarik berupa kartu bebas jalan seharga Sin$10, ditambah deposit sebesar Sin$10 (Rp200.000). Kartu ini memungkinkan wisatawan bebas menggunakan semua moda transportasi di Singapura selama satu hari.
Selain MRT, ada juga LRT atau light rail transit (kereta ringan) dengan tiga jalur sepanjang 28,8 kilometer, serta 42 stasiun, yang lebih ditujukan sebagai pengumpan bagi MRT. Jalur-jalur LRT menghubungkan kawasan permukiman Singapura dengan jaringan MRT.
Selain moda transportasi berbasis rel, warga Singapura juga mengandalkan moda transportasi berbasis bus untuk bepergian. Setidaknya ada empat operator bus dengan lebih dari 300 rute layanan, serta armada dengan jumlah total setidaknya 4.600 unit bus.
Rapinya sistem transportasi di Singapura membuat warga Singapura lebih mengandalkan moda transportasi umum, daripada kendaraan pribadi untuk bepergian. Data Pemerintah Singapura menunjukkan bahwa ada 7,2 juta penumpang harian yang menggunakan MRT, LRT, dan sistem bus.
Besarnya jumlah pengguna itu juga disebabkan layanan-layanan transportasi di Singapura reliable. Warga Singapura hanya menghabiskan waktu rata-rata selama 84 menit dalam satu pekan untuk bepergian menggunakan moda-moda transportasi itu.
Sejumlah rencana pengembangan lebih lanjut juga sudah disiapkan otoritas transportasi darat Singapura. Rencana itu mencakup pembangunan 35 stasiun MRT baru, pemanjangan jalur, serta pengembangan tiga jalur baru, hingga pembangunan jalur lintas negara hingga Malaysia.