Lima Fakta Mengejutkan Dubai, Nomor Empat Bikin Iri

Tujuh penguasa yang sepakat bersatu mendirikan Uni Emirat Arab
Sumber :
  • VIVA.co.id/Umi Kalsum

VIVA.co.id – Museum Etihad di Dubai, merekam perjalanan sejarah wilayah yang kini menjadi bagian dari Uni Emirat Arab itu. Gambaran Dubai dan UEA, secara keseluruhan di masa lalu secara detail dituangkan dalam berbagai medium.

Lompat Dari Ketinggian 14 Ribu Kaki di Dubai, Berani Coba?

UEA sendiri merupakan gabungan dari tujuh kerajaan kecil yang kemudian sepakat bersatu dengan menandatangani traktat di tahun 1971. Gedung di mana pembahasan penggabungan dan penandatanganan perjanjian oleh tujuh penguasa saat itu, hingga kini masih berdiri elegan di sisi Museum Etihad.

Museum Etihad yang memiliki luas 2,5 hektare.

Keseruan Glenn Alinskie dan Chelsea Olivia Jelajahi Dubai

Museum Etihad yang berarti persatuan. (Foto: VIVA.co.id/Umi Kalsum)

Ketujuh penguasa saat itu adalah klan Al Nahyan yang memimpin Abu Dhabi, Al Maktoum pemimpin Dubai, Al Qasimi pemimpin Sharjah, Al Nuaimi pemimpin wilayah Ajman, Al Mualla pemimpin Umm Al Quwain, Al Qasimi pemimpin wilayah Ras Al Khaimah, dan Al Sharqi yang memimpin wilayah Fujairah.

Floating Seahorse, Vila Mewah dengan Pemandangan Bawah Laut

Tidak hanya foto berukuran raksasa dari ketujuh penguasa pendiri UEA saja yang dipajang di museum seluas 2,5 hektare yang baru diresmikan pada 7 Januari 2017 itu, tujuh pilar yang melambangkan pena untuk menandatangani perjanjian persatuan juga menghiasi bangunan. Pilar itu menjadi penyangga gedung.

Foto tujuh pendiri UEA itu dipajang di lantai bawah tanah. Deretan foto akan menyambut pengunjung. Di sisi kiri foto diperlihatkan benda pribadi milik setiap penguasa. Sedangkan di sebelah kanannya merupakan layar yang memperlihatkan garis keturunan mereka atau pohon keluarga.

Gedung tempat penandatanganan perjanjian persatuan UEA

Gedung tempat ditandatanganinya perjanjian persatuan di tahun 1971 yang hingga kini masih terawat apik. (Foto: VIVA.co.id/Umi Kalsum)

Guide kami, yang berasal dari Belarusia, kemudian mengajak kami menonton detik menjelang bersatunya tujuh wilayah menjadi UEA. Selanjutnya ia menjelaskan soal kondisi sosial ekonomi UEA, di mana sebelum minyak menjadi penghasilan utama, negeri itu mengandalkan hidup pada hasil laut, terutama mutiara.

Pada bagian lain, kami diajak melihat perjalanan UAE dari tahun ke tahun, dan bagaimana UEA dipengaruhi budaya dan kehidupan negeri lain, seperti India. Termasuk perubahan seragam tentara mereka, dari tradisional menjadi modern.

Selain memberikan wawasan dan pemahaman tentang konstitusi UEA, serta hak dan tanggung jawab warganya yang disebut Emirati, saat VIVA.co.id yang diundang Dubai Tourism menyimpulkan museum Etihad ini menyimpan fakta mengejutkan tentang negara ini. Apa saja?

Pertama, dari penduduk Uni Emirat Arab yang saat ini tercatat 10 juta jiwa, ternyata penduduk lokalnya hanya 1,5 juta jiwa. Sisanya, sebanyak 8,5 juta merupakan pendatang dan ekspatriat yang bekerja di kota ini. Menariknya, setiap warga lokal yang menikah, pemerintah akan memberi hadiah berupa uang senilai AED20 ribu, atau sekitar Rp73 ribu dengan kurs Rp3.650/AED.

Kedua, sebelum minyak menjadi sumber penghasilan utama negara ini, dan kemudian sektor pariwisatanya, Dubai dikenal sebagai penghasil mutiara terbaik di dunia. Sektor lautnya dengan nelayan yang tangguh juga menjadi andalan penghasilan wilayah ini. Di beberapa titik kota Dubai, Anda masih bisa menemukan replika perahu yang digunakan warga Emirati. Termasuk jaring khusus untuk budidaya mutiara yang membuat negeri ini sangat terkenal.

Naskah perjanjian persatuan UEA yang dikelilingi dinding berlapis emas di museum

Naskah perjanjian pembentukan Uni Emirat Arab yang dikelilingi dinding berlapis emas. (Foto: VIVA.co.id/Umi Kalsum)

Ketiga,  jika pada 1968 hanya ada 13 mobil yang terdaftar di Dubai, saat ini tercatat lebih dari 1,5 juta kendaraan berseliweran di jalan kota ini. Tentu saja belasan mobil ini hanya milik penguasa saat itu. Foto belasan mobil itu terpampang di dindiang museum.

Keempat, mungkin hanya di UEA yang pemerintahnya benar-benar memikirkan kebahagiaan dan toleransi warganya, sehingga memiliki kementerian khusus yang mengurus masalah ini. Kementerian itu diberi nama Menteri Negara untuk Toleransi dan Menteri Negara untuk Kebahagiaan. UEA sangat menjunjung tinggi toleransi. Mereka memiliki prinsip “open doors open minds”. Ini terkait jumlah penduduk yang sebagian besar merupakan pendatang atau ekspatriat.

Kelima, sebelum memiliki mata uang resmi dirham (AED), mata uang yang berlaku di Dubai dan  negeri ini secara luas ternyata mata uang India, Rupee. Mata yang ini sudah berlaku sejak pertengahan tahun 1800 hingga 1966. India memang memiliki ikatan yang kuat dengan Dubai. Migrasi warga India ke negeri ini terjadi sejak belum terbentuknya UEA.

Tidak heran, jika banyak pekerja yang berasal dari kawasan India. Bahkan, budaya India sedikit memengaruhi negeri ini, mulai dari makanan hingga industri hiburannya. Penguasa Dubai sampai membangun wahana khusus Bollywood di kawasan hiburan Dubai Park and Resort. Di sektor pariwisata, warga India juga salah satu wisatawan terbanyak yang berkunjung ke negeri ini. Di Museum Etihad, mata uang rupee yang menjadi bagian sejarah negeri ini disandingkan dengan dirham.

 

Burj Khalifa, Dubai, Uni Emirat Arab.

Menengok Kemeriahan Dubai Menjelang Idul Adha

Dubai menawarkan sejumlah pertunjukan saat Idul Adha.

img_title
VIVA.co.id
20 Agustus 2018