Empat Risiko dan Bahaya Jalani Umrah Backpacker

Kota Suci Mekah.
Sumber :
  • REUTERS/Ahmed Jadallah

VIVA.co.id – Saat ini, minat masyarakat muslim untuk menjalani ibadah Umrah semakin tinggi. Bahkan kini, sejumlah masyarakat kerap melakukan ibadah umrah dengan menekan budget semurah mungkin atau yang kerap disebut dengan Umrah Backpacker.

Cegah Penyelewengan, KPK Diberi Izin Pelototi Database Haji dan Umrah

Namun, masyarakat atau calon jamaah umrah sebenarnya harus diedukasi secara benar, terutama, untuk mereka yang berniat menjadi umrah backpacker. Edukasi ini penting, khususnya bagi calon jamaah yang baru pertama kali melakukan umrah di tanah suci. Jangan karena tergiur murah, namun mereka mendapat kesulitan yang besar selama melakukan kegiatan ibadah di tanah suci.

"Setidaknya ada empat risiko dihadapi calon jamaah yang melakukan umrah backpacker," kata pengamat haji dan umrah, Muhammad Hidir Andi Saka kepada VIVA.co.id dalam rilisnya.

Ditanya Kenapa Gak Ajak Suami Umrah Hingga Diselingkuhi, Arie Rieyanthie Ungkap Fakta Mencengangkan

Risiko pertama, menurutnya, segala sesuatu yang tidak diserahkan kepada ahlinya akan menimbulkan masalah. Seperti visa umrah yang tidak mungkin dikeluarkan jika tidak melalui visa provider. Karena itu, calon jamaah pun tetap akan melalui travel sebelum melakukan perjalanan ke tanah suci.

"Sudah jelas visa provider itu adalah travel yang sudah terdaftar resmi di pemerintah," kata Hidir.

Bank Muamalat Pede KPR Hijrah Baitullah Tumbuh 5 Kali Lipat Akhir 2024, Ini Indikatornya

Risiko kedua adalah penanganan barang bawaan, baik saat di bandara keberangkatan maupun kedatangan. Jika calon jamaah tidak mengerti seluk beluk keimigrasian, menurut Hidir, akan membawa masalah yang menyita waktu.

"Kalau jamaah kehilangan barang di bandara, maka itu akan merugikan dia. Mengurus itu semua tidak sebentar. Belum lagi kalau jamaah tidak bisa berbahasa Arab atau Inggris," ujarnya.
 
Risiko ketiga, jamaah akan menderita di tanah suci karena terlalu menghemat biaya akomodasi dan konsumsi. Jika dibiarkan seperti itu, jamaah bisa jatuh sakit karena fisiknya tidak tahan dengan cuaca di Makkah atau Madinah.

"Mereka tidak mau mengeluarkan uang untuk sewa hotel selama umrah. Ini tentu menyiksa, karena suhu udara di tanah suci sangat panas. Kalau menginap di hotel, maka setidaknya jamaah memiliki banyak waktu untuk istirahat secara baik," tambah Hidir.

Risiko terakhir, jamaah backpacker kebanyakan menggunakan maskapai murah yang terlalu banyak transit di beberapa negara. Hal ini tentu akan membuang-buang waktu dan energi.

"Maksud hati menghemat biaya, namun pada akhirnya akan keluar biaya besar juga. Ketika transit di banyak negara, pasti akan keluar biaya konsumsi yang juga tidak sedikit," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya