Menapak Jejak Sejarah Perjumpaan China dan Barat

Miniatur kapal di museum maritim Quanzhou.
Sumber :
  • Mustakim/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Ratusan benda bersejarah tampak berjajar, tertata rapi. Jejak sejarah itu beragam, mulai dari miniatur kapal laut, ukiran di batu, prasasti hingga kaligrafi. Dinding ruangan dan sepanjang lorong bangunan penuh dengan bukti sejarah perjumpaan masyarakat China dengan masyarakat dari negara lain.

5 Siswa SMP asal Bogor Raih Juara Pertama Kompetisi AI Robotik Internasional di China

Bangunan yang terletak di tengah Kota Quanzhou, China ini adalah Museum Maritim Quanzhou. Museum yang didirikan sejak 1959 ini merupakan satu-satunya museum yang menggambarkan jejak kuno perjalanan Jalur Sutera Maritim di China.

Miniatur kapal berukuran besar langsung terlihat begitu masuk halaman museum. Setelah itu patung Ibnu Batutah berukuran sekitar dua meter akan menyambut tamu yang berkunjung. “Penjelajah Ibnu Batutah mendarat di Quanzhou  pada 1346 masehi. Dia menetap di China selama satu tahun,” ujar  Annie Yeah, salah satu staf dari Foreign Affairs Kota Quanzhou saat VIVA.co.id berkunjung ke museum ini, Rabu 26 April 2017.

China Bangun Harbin Ice-Snow World, Taman Hiburan Es dan Salju Terbesar Dunia

Annie menjelaskan, Ibnu Batutah tiga kali datang ke Kota Quanzhou dan menjadi orang pertama yang mencatat tentang Quanzhou. Penjelajah itu menyebut Quanzhou dengan nama Zaitun.  “Museum ini dibangun untuk mengenang Ibnu Batutah,” ujarnya menambahkan.

Menurut Annie, museum maritim ini memiliki tiga ruang pameran, termasuk ruangan Pelabuhan Quanzhou dan jejak komunikasi kuno di luar negeri. Rekaman sejarah ini menggambarkan pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Quanzhou, terutama komunikasi warga setempat dengan lebih dari 100 negara di Asia dan Afrika pada masa Dinasti Song dan Yuan. “Saat itu Quanzhou menjadi salah satu pelabuhan besar di China,” ujarnya menuturkan.

Impor Ilegal Dituding Jadi Biang Kerok PHK Ratusan Ribu Buruh Tekstil, Wamenaker Buka Suara

Ruang pameran patung-patung religius di Quanzhou menyimpan ratusan ukiran batu dari agama-agam yang berbeda seperti Islam, Kristen kuno, Hindu, dan monoteisme yang tergali di Quanzhou sejak berabad-abad lampau. Ukiran dan patung batu yang berharga ini terkenal di dunia dan menjadi peninggalan penting untuk penelitian Jalur Sutera Maritim kuno dan menjadi alat komunikasi dan dialog antara Barat dan Timur.

salah satu koleksi museum maritim di Kota Quanzhou

Quanzhou

Quanzhou adalah kota pelabuhan yang indah. Kota seluas 11.015 kilometer persegi dengan populasi penduduk mencapai 8,51 juta orang ini terletak di sebelah tenggara Provinsi Fujian, dan berhadapan langsung dengan Taiwan. Kota ini memiliki 12 county (selevel karasidenan) dan distrik. Kota ini terkenal sebagai kota dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus, dan menjadi salah satu kota favorit bagi pengusaha asal Taiwan untuk berinvestasi.

Kota ini terkenal sebagai kampung halaman bagi warga China yang berada di luar negeri, dengan 9,48 juta dari warganya memiliki jejak leluhur di Quanzhou. Kebanyakan dari mereka tinggal di Asia Tenggara. Sekitar 760.000 warga Hong Kong dan Macau, dan 9 juta warga Taiwan memiliki jejak leluhur asli dari Quanzhou.

Quanzhou menjadi salah satu dari kota bersejarah dan budaya yang terkenal di China. Quanzhou juga dipuji sebagai museum agama-agama dunia. Kota ini memiliki empat warisan budaya non-benda UNESCO, 34 warisan budaya non-benda nasional dan menjadi rumah bagi 31 situs budaya nasional bersejarah yang dilindungi.  Pada 2013, Quanzhou diberi gelar sebagai "Ibu Kota Budaya Asia Timur," bersamaan dengan Kwangju di Korea dan Yokohama di Jepang. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya