Ritual Malapeh Biduak, Tradisi Nelayan Padang Sebelum Melaut

Nelayan Melakukan Ritual Malapeh Biduak
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

VIVA.co.id – Ratusan nelayan di kawasan Pantai Muaro Lasak Kota Padang, Sumatera Barat, di akhir pekan kemarin menggelar prosesi ritual Malapeh Biduak ka Lauik (melepas biduk atau kapal tangkap ke laut). Ritual ini sebagai rasa syukur dan bentuk permohonan agar biduk yang baru saja dibuat mampu membawa berkah. Selain itu agar nelayan yang pergi selalu diberikan perlindungan, kesehatan, serta limpahan rezeki yang banyak.

Penjelasan BMKG soal Gempa Bumi Magnitudo 5.0 di Sumatera Barat

Ritual Malapeh Biduak biasanya dilakukan warga setempat setelah biduak baru saja selesai dibuat atau direnovasi. Prosesi dimulai dengan 'mandarah', menggunakan darah ayam hitam serta penyiraman air campuran bunga tujuh rupa dengan jeruk nipis di sekeliling biduak. Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan berdoa dan makan bersama.

Setelah prosesi selesai, biduak tersebut akan didorong dari tepi pantai menuju ke laut oleh ratusan nelayan dan warga. Untuk selanjutnya siap mengarungi lautan dan digunakan sebagai kapal tangkap ikan. Biasanya jenis biduak yang digunakan yakni Payang.

Makan Bergizi Gratis ala Prabowo Tuai Apresiasi, Dinilai Jitu Cegah Stunting

Dikatakan pemilik kapal, M Yusuf (48), tradisi ritual ini sudah hampir punah dan sangat jarang dijumpai. Untuk itulah, ia bersama dengan nelayan lainnya menggelar kembali tradisi ini agar tidak punah tergerus perkembangan zaman. Di samping berdoa, tradisi ini juga mampu mempererat silaturahmi dan kebersamaan sesama nelayan.

"Kita ingin tradisi ini tetap ada. Kita ingin generasi sekarang tahu bentuk tradisi yang sudah turun temurun ada. Jangan sampai hilang ditelan zaman," kata M Yusuf kepada VIVA.co.id, Minggu, 2 April 2017.

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Sumbar, Waspada Banjir dan Tanah Longsor

Kapal miliknya, lanjut Yusuf, merupakan jenis Payang dengan menggunakan mesin tempel dan mampu mengangkut sekitar 15 nelayan. Untuk alat tangkap, Yusuf dan nelayan kelompoknya menggunakan pukat berukuran kecil.

Sedangkan untuk ukuran biduak yang baru saja dilepas ke laut, Yusuf menjelaskan, miliknya memiliki ukuran panjang 12 meter dengan lebar 1,85 meter dan menggunakan kayu pilihan yang diolesi dengan fiber.

Diketahui, biduak atau bagan merupakan salah satu moda transportasi bagi nelayan di Sumatera Barat untuk melaut. Biduak ada yang dimiliki oleh perorangan dan ada juga dimiliki oleh kelompok. Untuk biaya pembuatan satu biduak menghabiskan anggaran paling sedikit sekitar 35 ribu.

Dua dari Lima Pelaku Penodongan Driver Ojol Dengan  Senjata Airsoft Gun

Nyamar Jadi Polisi, Komplotan Preman Todong Driver Ojol Pakai Airsoft Gun

Aksi pencurian dengan kekerasan menggunakan senjata airsoft gun jenis glock terjadi di Kota Padang, Sumatera Barat. Korbannya seorang driver ojek online bernama Muhammad.

img_title
VIVA.co.id
19 Desember 2024