Waruga, Tradisi Pemakaman Tak Lazim di Minahasa Utara
- VIVA.co.id/Agustinus Hari
VIVA.co.id - Jangan lewatkan kesempatan mengunjungi kuburan kuno di Kabupaten Minahasa Utara, jika Anda berwisata ke Sulawesi Utara. Kuburan leluhur orang Minahasa itu disebut waruga. Lokasinya di Desa Sawangan.
Waruga ialah kubur, atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga, seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
Tradisi itu diperkirakan bermula pada abad IX. Orang yang telah meninggal diletakkan pada posisi menghadap ke utara dan didudukkan dengan tumit kaki menempel pada pantat dan kepala mencium lutut. Dihadapkan ke utara menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian utara.
Pada tahun 1870, Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti waruga. Soalnya waktu itu mulai berjangkit berbagai penyakit, di antaranya, penyakit tipus dan kolera. Dikhawatirkan si meninggal menularkan bibit penyakit tipus dan kolera melalui celah di antara badan dan cungkup waruga. Bersamaan itu pula, agama Kristen mengharuskan mayat dikubur di dalam tanah mulai menyebar di Minahasa.
Waruga, yang memiliki ukiran dan relief, umumnya terdapat di Tonsea. Ukiran dan relief itu menggambarkan berapa jasad yang tersimpan di waruga yang bersangkutan, sekaligus menggambarkan mata pencarian, atau pekerjaan semasa hidup.
Awalnya, ada 370 waruga yang tersebar semua desa di Minahasa Utara. Waruga-waruga itu lalu dikumpulkan ke beberapa tempat, seperti Kelurahan Rap-Rap sebanyak 15 unit, Kelurahan Airmadidi Bawah 211 unit, dan Desa Sawangan 144 unit. Lokasi waruga-waruga itu, kini menjadi salah satu tujuan wisata sejarah di Sulawesi Utara.
“Minahasa Utara dikenal sebagai pusat waruga atau kubur batu khas Minahasa. Selain waruga Sawangan, ada juga pusat waruga di Airmadidi Bawah,” kata Kepala Dinas Pariwisata Minahasa Utara, Femmy Pangkerego, pada Sabtu 22 Oktober 2016.
Turis Tiongkok
Menurut Femmy, waruga kini banyak dikunjungi turis Tiongkok. Mereka, katanya, heran melihat kuburan tua itu, karena banyak persamaan tradisi orang Tiongkok dengan suku Minahasa. Mereka berkeinginan menyelidiki lebih mendalam kuburan tua itu.
Jejak peradaban Tiongkok bisa dilacak dari motif, atau relief di tubuh waruga. “Ada motif orang, tumbuhan dan hewan, yang mirip dengan konsep taoisme; alam dan manusia harus selaras. Mereka akan meneliti motif-motif itu," katanya.
Dinas Pariwisata sedang menyiapkan panduan cerita dalam bahasa mandarin untuk memudahkan para turis Tiongkok melihat sejarah waruga. Disiapkan pula juru bahasa Tiongkok.
Untuk menuju waruga Sawangan tidaklah sulit. Dari Kota Manado, Ibu Kota Sulawesi Utara, Anda hanya membutuhkan waktu sekira 45 menit untuk tiba di Desa Sawangan.
Bagi yang punya anggaran terbatas saat berwisata, bisa menggunakan kendaraan umum, yaitu menumpang bus dari Terminal Paal Dua di Kota Manado. Lalu, naik angkutan kota jurusan Airmadidi. Setiba di Airmadidi, segera melanjutkan perjalanan dengan ojek menuju Desa sawangan. (asp)