Mengintip Ritual Cing-cing Goling di Gunungkidul, Yogyakarta
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id – Ratusan ekor ayam disembelih kemudian dimasak ingkung. Selanjutnya ratusan ingkung ayam disiapkan untuk pelaksanaan ritual cing-cing goling di Desa Gedangrejo Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Upacara ritual yang telah berlangsung turun temurun ini diselenggarakan sebagai ucapan rasa syukur atas panen yang melimpah selama satu tahun terakhir ini.
"Kalau dihitung tidak kurang 600 ayam disembelih hari ini untuk kegiatan ritual Cing-cing Goling," kata salah satu tokoh warga yang juga merupakan seorang pemangku adat, Sugiyanto, Kamis 18 Agustus 2016.
Ayam itu dimasak menjadi ingkung oleh masyarakat lalu dibawa ke bendungan yang konon dibangun di era Kerajaan Majapahit. Setelah mendapat doa dari pemangku adat desa setempat, ingkung bersama nasi gurih dan lauk yang lain, dibagikan kepada para pengunjung yang hadir dalam acara ritual yang dilaksanakan di dekat bendungan Kali Dawe desa setempat.
"Semua yang hadir akan dibagikan nasi beserta lauknya," katanya.
Sugiyarto mengatakan makanan yang dikirimkan tidak boleh dicicipi terlebih dahulu. Selain itu pantang membawa tempe yang terbuat dari kedelai. Upacara ritual ini bukan hanya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur pada Tuhan, tetapi sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan yang selama ini dipercaya oleh warga setempat.
"Wujud syukur dan terima kasih atas berkah panen raya yang diberikan Tuhan," ujarnya.
Setelah Kenduri, salah satu bagian dari upacara ini ialah diadakannya pertunjukan yang menceritakan tentang keberhasilan pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya dan Yudopati yang berhasil membuat sungai dan bendungan sehingga bisa mengairi lahan pertanian menjadi sawah dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera.
Konon, hanya dengan senjata dalam bentuk tongkat dan cambuk dan cemethi yang digoreskan pada tanah sambil berjalan, bekas goresan itu berubah menjadi sungai dengan air yang mengucur deras.
Ada pula adegan yang menceritakan pelarian prajurit Majapahit yang sudah bersatu dengan warga setempat, dalam mengusir penjahat, diantaranya perampok. Di adegan ini puluhan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian milik warga setempat, di lahan disekitar bendungan, untuk mengusir gerombolan penjahat.
Meskipun tanaman diinjak-injak, tetapi petani setempat tidak marah, itu karena warga percaya tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, tetapi justru bertambah subur.
"Warga di sini percaya jika tanaman yang dinjak-injak tidak akan mati, malah panen berikutnya akan menjadi subur," kata Sugiyarto.
Sementara salah seorang wisatawan asal Kalimantan, Karolina mengaku kaget dengan antusias warga mengikuti tradisi ritual Cing-cing Goling ini. Apalagi warga juga membawa ayam yang cukup banyak. Menurut dia, jika acara ini dikemas menjadi atraksi budaya yang menarik, maka hal itu bisa mendongkrak minat wisatawan untuk berkunjung.
"Kalau dikemas lebih baik maka bisa meningkatkan kunjungan wisata," katanya.
Setelah selesai upacara, seluruh peserta kenduri membawa pulang makanan yang terdiri dari ayam, sayur, dan nasi menggunakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu. Mereka berharap supaya panen tahun depan dapat lebih melimpah lagi.