'Memedi Sawah' Melestarikan Tradisi yang Nyaris Punah
Kamis, 5 November 2015 - 09:16 WIB
Sumber :
- VIVA/ Daru Waskita (JOGJA)
VIVA.co.id
- Mengusir burung pemakan buah padi di saat tanaman padi telah menguning dengan membuat orang-orangan yang oleh petani disebut "memedi sawah" sudah sangat jarang kita temui seiring dengan perkembangan zaman.
Namun tradisi membuat "memedi sawah" yang nyaris punah ini kembali dihidupkan di lahan persawahan desa wisata Candran, Kebonagung, Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta (DIY). Sebanyak 70 peserta turut meramaikan festival "memedi sawah" yang sengaja digelar untuk melestarikan tradisi dan budaya yang nyaris punah tersebut.
Ketua Panitia Festival Memedi Sawah 2015, Kristiya Bintara menyebutkan, seluruh peserta festival memedi kali ini terbagi dalam dua kategori yakni, kategori umum dan kategori khusus.
"Kategori umum ada 30 peserta. Kategori khusus 40," terang Kristiya, Rabu 4 November 2015.
Peserta kategori umum berasal dari seluruh DIY. Uniknya, tidak hanya kalangan petani yang unjuk gigi dengan menampilkan kreatifitas apik mereka. Kalangan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di DIY juga turut ambil bagian. Adapun peserta kategori khusus didominasi kelompok tani dan perseorangan dari wilayah Kebonagung dan sekitarnya.
Baca Juga :
Lima Pilihan Wisata Jogja yang Ramah untuk Anak
"Didandani dengan pakaian yang sering mereka gunakan. Intinya, untuk menakut-nakuti hama," ungkapnya.
Karena itu, bagi Kristiya, beragam model memedi sawah yang ditampilkan para peserta tidak menjadi persoalan. Asalkan, memedi sawah tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga area pertanian dari serangan hama.
Kristiya menambahkan, festival memedi sawah di Desa Wisata Candran sudah berjalan sejak 2008. Dari tahun ke tahun, selalu ada model baru bentuk memedi sawah. Nah, kreatifitas ini diharapkan dapat memancing para pemuda untuk tertarik dengan profesi petani.
"Karena petani itu jujur. Tidak neko-neko dan selalu bersyukur," ucapnya.
Toh, beragam aktifitas petani tradisional sejak beberapa tahun terakhir menjadi salah satu daya tarik pariwisata.
Pada festival yang didukung Dinas Pariwisata DIY ini, tim juri mengambil tujuh juara dari masing-masing kategori. Juara pertama kategori umum disabet Suparno (Imogiri), dan juara harapan pertama digondol kelompok masyarakat dari Tosoran, Kebonagung. Adapun juara favorit diraih tim kecamatan Dlingo.
Sedangkan kategori khusus, juara pertama diraih Jamhari (Imogiri), juara harapan pertama Jupri (Candran, Kebonagung), dan juara favorit disabet kelompok pemuda Menciran, Kebonagung.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Didandani dengan pakaian yang sering mereka gunakan. Intinya, untuk menakut-nakuti hama," ungkapnya.