Bado, Bangunan Kecil di Tengah Hamparan Sawah Berundak Jadi Daya Tarik Wisata Desa Jatiluwih

Bado di tengah persawahan Jatiluwih Tabanan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

Bali, VIVA – Jatiluwih sebuah desa yang terkenal dengan keindahan sawah teraseringnya di Bali, tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang memukau. Di balik hamparan hijau sawah, terdapat bangunan-bangunan kecil yang disebut bado.

1000 Tahun Lebih Gunakan Sistem Subak, Jatiluwih Dinobatkan UN Tourism Sebagai Desa Terbaik Dunia 2024

Bado, dengan ukuran yang bervariasi antara 4x3 meter hingga 4x5 meter, memiliki peran penting dalam kehidupan petani Jatiluwih dan menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap budaya subak yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.

Ketua Pengelola Desa Jatiluwih John Ketut Purna menjelaskan, selain sebagai tempat penyimpanan hasil panen dan alat pertanian, Bado juga sebagai tempat perlindungan bagi petani dari terik matahari dan hujan.

6 Destinasi Menakjubkan di Bali yang Bakal Dikunjungi Delegasi World Water Forum

"Di sini, para petani dapat beristirahat sejenak, menikmati makan siang, dan meresapi keindahan alam yang mengelilingi mereka," kata John Ketut Purna, Kamis, 13 Februari 2025. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Subak Jatiluwih Siap Mendunia, Tradisi Pembagian Air Sawah Berkeadilan di Bali

Bado dibangun dari bahan alami seperti bambu dan kayu dengan atap genteng tanah. Bado mencerminkan harmoni antara manusia dan alam yang telah terjalin selama berabad-abad.

Keberadaan bado juga mencerminkan kesederhanaan hidup para petani dan menjadi simbol kearifan lokal yang mengajarkan ketergantungan manusia pada alam dengan cara yang bijaksana.

"Struktur tradisional ini merupakan bukti nyata bagaimana masyarakat Jatiluwih telah menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan jauh sebelum istilah tersebut populer," jelasnya.

Dengan menggunakan material lokal yang ramah lingkungan dan tetap menjaga ekosistem sawah, bado menjadi contoh nyata arsitektur berbasis keberlanjutan yang mampu bertahan dari generasi ke generasi.

Potensi Bado sebagai Daya Tarik Wisata Regeneratif

Seiring berkembangnya pariwisata berbasis pengalaman dan keberlanjutan, bado memiliki potensi besar untuk menjadi daya tarik wisata edukatif. 

Wisatawan tidak hanya datang untuk menikmati keindahan lanskap sawah terasering, tetapi juga dapat belajar langsung tentang kehidupan petani, sistem pertanian subak, serta filosofi keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas yang dipegang erat oleh masyarakat Bali.

Hal ini sejalan dengan konsep pariwisata regeneratif, yang tidak hanya memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat tetapi juga berkontribusi pada pelestarian budaya dan lingkungan.

"Melalui pariwisata yang berkelanjutan, kami ingin memperkenalkan nilai-nilai ini kepada dunia tanpa mengorbankan keaslian dan kelestarian lingkungan kami,” kata John Purna.

Dengan mengembangkan program wisata berbasis komunitas yang melibatkan petani setempat, keberadaan bado dapat semakin diperkuat sebagai bagian dari daya tarik unik Jatiluwih. 

Wisatawan dapat mengikuti aktivitas bertani, memahami filosofi subak, serta merasakan langsung kehidupan di sawah yang masih mempertahankan tradisi turun-temurun.

"Semoga keberadaannya di Jatiluwih terus dijaga sebagai bagian dari warisan budaya yang tak ternilai harganya, memberikan inspirasi bagi dunia dalam menerapkan keseimbangan antara pembangunan, keberlanjutan, dan pelestarian alam," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya