Tahun 1980-an Sampah di Kuta Jadi Berkah Masyarakat, Sekarang Sulit Ditanggulangi
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali, VIVA – Fenomena sampah musiman yang terjadi pada musim angin barat yang mengarah ke Pulau Dewata menjadi perhatian bagi pemerintah pusat maupun daerah. Tak tanggung-tanggung, sampah kiriman itu menutup hamparan pasir putih di sepanjang pantai.Â
Pantai Samigita atau Seminyak, Legian dan Kuta yang berada di satu garis pantai selalu jadi langganan sampah saat musim angin barat itu.
Sampah laut yang menumpuk di bibir pantai itu selalu terjadi setiap tahun. Umumnya di bulan Desember, Januari, dan Februari. Di tiga pantai itu jumlahnya bisa mencapai 500 ton per hari.
Anggota DPRD Badung I Wayan Puspa Negara yang juga aktifitas lingkungan mengatakan, pantai Samigita posisinya menghadap arah barat. Sehingga, paling parah terdampak angin barat atau west monsoon wind.
"Jadi rasanya sulit ditanggulangi, kecuali kita mampu mengatasi sampah di tengah laut yang jumlahnya berjuta-juta ton. Kegiatan yang bisa dilakukan ya seperti ini, bersih-bersih secara rutin," kata Puspa Negara di Kuta, Sabtu, 4 Januari 2024.
Menurutnya, tumpukan sampah akibat fenomena angin barat itu, pada tahun 1980 an menjadi berkah tersendiri untuk masyarakat. Mereka memanfaatkan sampah batang pohon untuk kayu bakar maupun pupuk tanaman.
Tapi sekarang, jenis sampahnya sangat kompleks. Selain sampah organik juga banyak timbunan sampah plastik, barang rumah tangga.Â
"Sehingga pantai di sepanjang Samigita kelihatan sangat kotor dan jorok," ujarnya.
Sampah yang terdampar di pantai bukan saja datang dari Bali tapi dari berbagai wilayah terutama, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan dari berbagai negara. Itu terlihat dari brand kemasan sampah plastik yang menepi di lantai.
Umumnya sampah kiriman itu akan berakhir di bulan Maret. Ketika angin akan berubah arah dari timur ke barat, kata Puspa Negara, otomatis sampah akan bersih.Â
"Selama angin bertiup dari barat ke timur, selama itu sampah akan menepi di pantai kabupaten Badung yang menghadap ke arah barat," kata Puspa.
Untuk mengatasi fenomena sampah kiriman itu, dibutuhkan teknologi yang lebih baik dan kecermatan dalam penanganan.
"Harusnya kita ada teknologi lebih baik, untuk menangkap sampah di tengah laut. Jadi kita berharap ada kapal besar di laut untuk menangkap sampah dulu, baru dipilah," ujarnya.
Usaha untuk mendaur ulang sampah plastik tersebut juga serasa mustahil dilakukan. Mengingat, sampai saat masih membuatkan tenaga manusia. TPS3R yang ada di Seminyak juga kapasitasnya terbatas.
"Kita harus ada TPA seperti di Singapura untuk sampah-sampah seperti ini, karena sulit dipisah, sudah tercampur antara mikroplastik, plastik, barang-barang rumah tangga, dan seterusnya," jelas Wayan Puspa Negara.