Di Penghujung Tahun 2024, Ribuan Warga Serangan Gelar Ritual Penolak Bala
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali,VIVA – Di penghujung tahun 2024, masyarakat Desa Serangan, Denpasar, Bali, menggelar upacara Mahayu Jagad dengan menggelar upacara Memintar untuk menghilangkan wabah penyakit atau penolak bala.Â
Upacara yang diikuti sekitar 2000 warga Desa Serangan dari 6 banjar itu digelar sebagai puncak rangkaian Pemintaran Ida Bathara Kala Pelawatan yang digelar pada Senin, 30 Desember 2024.
Wakil Bendesa Adat Serangan Wayan Astawa mengatakan, Upacara Memintar dilaksanakan dengan mengelilingi Pulau Serangan dan 7 pura yang ada di dalam KEK Kura-Kura Bali. Tradisi ini dilakukan turun temurun sejak tahun 1965. Ritual Memintar dilakukan setiap tahun pada tilem ke enam.
"Iya melancaran mengintar itu sebenarnya perjalanan mengelilingi desa. Orang Serangan menyebut Memintar. Tujuannya penolak bala sebenarnya. Jadi menghilangkan wabah penyakit dari virus-virus yang ada sehingga kita melaksanakan memiintar," jelas Wayan Astawa, saat Upacara Memintar, di KEK Kura-Kura Serangan Bali, Senin, 30 Desember 2024.
Foto: Upacara Memintar yang dilakukan oleh Warga Serangan Denpasar
Ia menyebut, sebelum upacara Memintar, warga Serangan telah melakukan vibrasi Mecaru selama sebulan untuk proses mencari tilem ke enam.Â
Setelah melaksanakan Mecaru, pada tilem ke enam dilakukan upacara memintar yang dimulai dengan ritual dari Pura Dalem Khayangan Serangan, lalu memutari Pulau Serangan dengan melewati 7 Pura di dalam KEK Kura-Kura dan kembali melanjutkan ritual di Pura Dalem Khayangan.
Wayan Astawa mengungkapkan, sebelumnya tradisi memintar yang mengelilingi Pulau Serangan melewati hutan-hutan. Akan tetapi setelah Pulau Serangan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) masyarakat Serangan mendapatkan akses yang lebih mudah saat mengintari Pulau.Â
"Sangat baik sekarang dulu kita masih hutan dalam perjalanan lewat pasir jalan, tapi dengan adanya kerjasama dengan BTID sekarang dengan perbaikan jalan yang bagus mengintari jalan ini ya sangat lumayan masyarakat berterimakasih," kata Wayan Astawa.
Kepala Komunikasi PT Bali Turtle Island Development (BTID) Zakki Hakim mengatakan, pihaknya mendukung kegiatan tradisi adat dan budaya oleh Masyarakat Serangan.
"Kami membuka akses untuk warga dan ini tradisi rutin yang digelar setiap tahun, kami di KEK Kura Kura selalu ikut berpartisipasi terkait kegiatan adat seperti Memintar ini," kata Zaki di KEK Kura Kura Denpasar, Senin, 30 Desember 2024.
Tradisi Memintar yang merupakan tradisi tolak bala itu sudah berlangsung sejak tahun 1950-an. Saat itu, wabah penyakit menyerang warga Desa Serangan. Korban berjatuhan hingga banyak yang mati akibat wabah penyakit muntaber.
Sampai akhirnya, warga memutuskan untuk menggelar ritual dengan mengeluarkan Pretima yang ada di Pura. Benda-benda yang disakralkan itu diarak mengelilingi kawasan Pulau Serangan. Dengan upacara yang digelar warga, wabah penyakit pun sirna.
Foto:Â Kepala Komunikasi PT Bali Turtle Island Development (BTID) Zakki Hakim
Zaki mengatakan, dalam empat tahun terakhir sejak KEK Kura Kura berdiri, pihaknya menjalin komunikasi perangkat Desa Serangan demi kelancaran upacara sakral itu. Menurutnya, dari tahun ke tahun pemedek atau umat Hindu yang mengikuti jumlah semakin bertambah.
"Tahun kemarin tak sebanyak sekarang, dan kami tetap menjalin komunikasi dengan warga terutama untuk kegiatan upacara tradisi seperti Memintar ini," kata Zaki.
Pihaknya memastikan akses untuk warga saat menggelar ritual dapat berlangsung dengan lancar dan aman. Zaki mengungkapkan, beberapa rute pelintasan arak-arakan tanahnya masih berupa tanah.
Selain itu, rute itu juga menuruni perairan laut dangkal sehingga pihaknya memastikan tangga yang disiapkan dalam kondisi layak.
"Kita pastikan tenaga pengamanan di sini juga kami libatkan agar prosesi upacara Memintar ini berlangsung aman dan nyaman," jelas Zaki Hakim.