Viral Atraksi Pacu Jalur hingga Jadi Trend, Begini Sejarah dan Fungsi Bocah Cilik Berjoget

Pacu Jalur
Sumber :
  • TikTok @Pacu jalur story

VIVA – Belakangan ini media sosial diramaikan dengan video yang memperlihatkan seorang anak kecil berjoget di atas perahu yang sedang melaju kencang di sungai. Sementara di belakangnya ada para pendayung. 

Mega Diversity, Fadli Zon Akan Daftarkan Lebih Banyak Warisan Budaya Indonesia ke UNESCO 

Video tersebut juga dipadukan dengan suara latar “Biser King Dom Dom Yes Yes” yang dipopulerkan penyanyi asal Turki, Biser King.

Alhasil, video tersebut jadi trend beberapa hari terakhir ini. Mereka membuat video serupa namun tidak di sungai, melainkan di kantor ataupun di rumah. Diketahui bahwa video yang sedang viral itu adalah lomba Pacu Jalur. Sebenarnya, apa itu Pacu Jalur? Dan apa fungsi anak kecil berjoget di atas perahu itu?

Lewat Program Asik, Andra Soni Pede Tingkatkan Nilai Kebudayaan yang Rendah

Sejarah Pacu Jalur

Tradisi Pacu Jalur

Photo :
  • Website Pemerintah Kuantan Singingi
Tradisi dan Identitas, Kopi sebagai Warisan Budaya Indonesia

Dikutip dari laman Kemendikbud, Pacu Jalur, sebuah tradisi lomba dayung di daerah Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, telah menjadi ikon budaya setempat. Lomba ini melibatkan perahu dari kayu gelondongan, dikenal sebagai 'jalur' oleh penduduk setempat.

Menjadi bagian dari kalender pariwisata nasional Riau, perayaan Pacu Jalur setiap tahunnya selalu menarik perhatian. Event ini bukan hanya sekedar lomba, tapi juga sebuah ungkapan penghargaan terhadap sejarah dan budaya. Masyarakat Kuantan Singingi menantikan momen ini dengan antusias dan merayakannya dengan semarak.

Makna pacu jalur

Pacu Jalur

Photo :
  • TikTok @Pacu jalur story

Menurut tradisi setempat, Pacu Jalur dianggap sebagai puncak dari semua upaya mereka sepanjang tahun. Dalam lomba ini, tak hanya kecepatan yang diuji, tetapi juga olah batin oleh pawang perahu atau dukun perahu. Seluruh rangkaian acara, mulai dari pemilihan kayu, pembuatan perahu, hingga perlombaan, diiringi dengan ritual khas.

Sebagai tambahan, tradisi ini juga mengajarkan penghormatan terhadap alam. Sebelum menebang kayu untuk membuat jalur, orang-orang akan melakukan survey dan ritual khusus untuk meminta izin kepada alam. Hal ini mencerminkan kepedulian mereka terhadap keseimbangan ekologi.

Pacu Jalur tidak hanya tentang perlombaan. Dalam acara ini, juga ada berbagai kegiatan lain yang menghibur, seperti Pekan Raya, pertunjukan seni, dan berbagai pementasan kesenian tradisional khas Riau.

Festival ini diselenggarakan di Tepian Narosa, pinggir Sungai Kuantan, sekitar 150 km dari Kota Pekanbaru. Bagi pengunjung yang ingin merasakan keseruan Pacu Jalur, dapat dengan mudah mengakses lokasi ini, baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum dari Pekanbaru.

Lomba dengan sejarah panjang sejak 1903 ini telah menjadi acara rutin yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik perhatian wisatawan dari seluruh Indonesia dan mancanegara untuk datang ke Riau, terutama Kabupaten Kuantan Singingi.

Di era penjajahan Belanda, pacu jalur dihelat sebagai bagian dari perayaan tradisi, kenduri rakyat, serta untuk memperingati ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina, pada tanggal 31 Agustus.

Tradisi pacu jalur ini dimulai setiap tanggal 31 Agustus dan berlangsung hingga 1 atau 2 September, dengan durasi 2-3 hari, tergantung pada jumlah peserta yang berkompetisi.

Saat ini, keanekaragaman warna kostum, dentuman meriam yang menandai awal lomba, dan sorakan para pendukung, semuanya menyatu menciptakan pesona khas budaya Kuantan Singingi, Riau, yang selalu dinantikan dan patut diapresiasi.

Fungsi penari di atas perahu

Pacu Jalur

Photo :
  • TikTok @Pacu jalur story

Ternyata di dalam perahu tersebut ada anggota tim disebut ‘anak pacu’ dengan beberapa tugas masing-masing dan sebutannya, seperti ‘tukang kayu’, ‘tukang concang’ yang menjadi komandan atau pemberi aba-aba, dan ‘tukang pinggang’ yang menjadi juru mudi. 

Ada juga ‘tukang onjai’ yang bertugas memberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyang-goyangkan badannya, dan ‘tukang tari’ yang membantu ‘tukang onjai’ dalam memberi tekanan agar seimbang, agar perahu dapat berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya