Kemenparekraf Siap Antarkan Objek Wisata di Jawa Tengah Berkelas Dunia

Kawah Sikidang, Dieng.
Sumber :
  • Ist.

VIVA Travel – Berkunjung ke tempat wisata bukan hanya sekadar menikmati akhir pekan, liburan, dan keindahan alam saja. Melainkan ada faktor lain yang mendampinginya, yakni rasa aman dan nyaman kepada wisatawan, juga pengelola saat berada di lokasi wisata. 

Bus Pariwisata Tak Layak Jalan Ingin ke Puncak Bogor Diputar Balik, Ratusan Wisatawan Diturunkan

Dengan begitu, kekayaan budaya, alam, dan nilai sejarah yang terus dirawat dapat menjadi destinasi wisata berkelanjutan hingga generasi di masa yang akan datang. Sebagai stimulasi dan dukungan langsung kepada para pengelola Desa Wisata (DeWi), Universitas Indonesia dan Kemenparekraf RI, memberikan pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada pengelola wisata di Dieng Kulon, Sembungan, Lerep, dan Kandri mulai 26 - 28 Oktober 2022. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.

Kegiatan yang merupakan bagian dari Program Kedaireka Matching-Fund Universitas Indonesia-Kemenparekraf RI ini bertujuan untuk mewujudkan Desa Wisata (DeWi) berkelas dunia (World Class DeWi) melalui implementasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment) dan Mitigasi Bencana. 

5 Rekomendasi Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Lagi Banyak Promo Akhir Tahun Nih!

Program usulan dari Prof. dra. Fatma Lestari, M.Si., PhD ini sejalan dengan pemulihan penurunan kunjungan wisatawan sebagai dampak dari Pandemi COVID-19 melalui implementasi Cleanliness, Health, Safety and Environment (CHSE). Adapun Indonesia merupakan wilayah rawan bencana dan mengimplementasikan mitigasi bencana merupakan hal yang penting. 

DPR Minta Kapolda Jateng Usut Kasus Perbudakan Seksual Anak di Surakarta yang Terkatung-katung Sejak 2017

Koordinator Verifikasi Lapangan, Pembekalan, dan Donasi Program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI, Ir Rossi Yuliani menilai dari keempat desa wisata yang dikunjungi mereka sudah memiliki kesiapan dan antusias dalam pengimplementasian hasil dari program ini termasuk materi aspek P3K, BHD, dan CHSE yang disampaikan. Salah satu desa yakni Sembungan menjadi concern spesifik karena memiliki risiko kesehatan terhadap pekerja pada unit pengolahan plastik menjadi paving block. 

"Dari kesiapan peralatan P3K, Dieng Kulon mempunyai kebutuhan peralatan yang spesifik (mengingat obyek wisatanya yang spesifik terhadap paparan CO2 dan H2S) membutuhkan Breathing Apparatus Tabung oksigen, Sarana komunikasi dan Vertical rescue – yang dapat menjadi masukan pihak terkait," tutur Ir. Rossi Yuliani dalam keterangannya, Rabu 2 November 2022. 

Riyadi Kurniawan selaku Subkoordinator Daya Tarik Wisata Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, turut menyambut baik adanya program Kedaireka. 

"Salah satu sisi positifnya adalah sekarang desa wisata kami lebih peduli terhadap CHSE dan mitigasi bencana. Apalagi kegiatan yang sedang dilakukan ini, merupakan hal wajib dalam memberikan kebutuhan rasa aman dan selamat serta nyaman kepada wisatawan, sehingga hak-hak mereka terpenuhi. Jangan berhenti di sini, tetap dilanjutkan kami dari pemprov siap bekerja sama,” ungkap Riyadi. 

“Jangan khawatir Jawa Tengah sekarang aman, CHSE didukung oleh pemerintah, kehadiran Kedaireka ini sangat membantu kami. Mari datang ke Jawa Tengah," sambungnya. 

Ditemui dalam kegiatan pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Kantor Desa Dieng Kulon, Muhammad Imamur Rozaq, S. Sos., selaku Kasi Pengembangan Produk Pariwisata menyampaikan keamanan menjadi isu penting dan faktor penentu wisatawan untuk berkunjung. 

"Seindah apapun, kalau di sana ada konflik sosial, penyakit menular, atau ada aksi brutal saya yakin wisatawan akan enggan datang. Dengan diselenggarakannya Program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI sangat mendukung untuk menciptakan daya tarik wisata yang berkelanjutan. Setidaknya kita punya mitigasi saat terjadi bencana dan kecelakaan kita sudah memiliki antisipasi dan risikonya diharapkan lebih kecil," tutur Imam. 

Kabupaten Banjarnegara sendiri memiliki potensi wisata favorit yakni Dieng. Dari sisi lokasi, pemerintahan Dieng merupakan irisan antara Banjarnegara dan Wonosobo. Muhammad Imamur Rozaq pun menyampaikan bahwa hampir 80 persen wilayah Dieng adalah bagian dari Banjarnegara seperti lokasi wisata budaya (Kawasan Candi Arjuna, Kawasan Candi Gatotkaca dan Candi Bima), wisata alam (seperti Kawah Sikidang, Telaga Dringo, Kawah Chandra Di Muka) menjadi daya tarik utama. 

Ketika membahas potensi bencana di Kabupaten Banjarnegara, Imam menuturkan bahwa menurut ahli gunung api dan geologi disebutkan Dieng merupakan satu kaldera besar yang meletus sekian ribu tahun lalu sehingga menciptakan kerucut-kerucut gunung yang ada termasuk dataran tinggi yang ditempati penduduk di Dieng. 

Adapun potensi bencananya seputar letusan gunung seperti Kawah Sikidang yang masih aktif meskipun dinyatakan sebagai kawah teraman dengan letusan yang dapat diprediksi sekitar sepekan sebelumnya. Selain itu dari kontur tanah, pola kultur tanam kentang menjadi potensi risiko tanah longsor. 

"Bagi para pengunjung khususnya yang akan berwisata di Dieng dan Jawa Tengah lainnya dipersilakan dan terus ikuti rambu-rambu keamanan dan keselamatan wisata yang sudah ada. Untuk safety briefing pun diperhatikan karena itu satu dari sekian program untuk mewujudkan keamanan dan kenyamanan pengunjung berwisata di wilayah Kabupaten Banjarnegara," pungkas Imam. 

Anindhita Irsalina Widiatmoko selaku perwakilan dari Kemenparekraf RI yang bergabung dengan tim verifikasi di bawah koordinasi Ir. Rossi Yuliani mengatakan bahwa dirinya sangat terkesan dengan antusiasme peserta yang merupakan pengelola dari desa wisata dalam menerima penyampaian materi P3K dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dari dr. Laudria Stella Eryvinka. 

Hal tersebut juga nampak saat berdialog tentang kemungkinan kecelakaan apa yang terjadi pada wisatawan serta bencana yang terjadi di desa wisata. Kondisi geografis empat desa yang beragam pun menjadi faktor pertimbangan materi yang harus disampaikan oleh tim, sehingga diharapkan dapat diimplementasikan sesuai kebutuhan mereka di lapangan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya