Minimalisir Bencana di Desa Wisata, Kemenparekraf Lakukan Ini
- IG @sandiuno
VIVA Travel – Tim Peneliti dari Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia, melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Indentifikasi Risiko Health, Safety, and Environment (HSE) dan Kebencanaan di Desa Wisata.
Bertempat di The Hermitage Hotel, Jalan Cilacap No.1, Menteng, Jakarta Pusat, kegiatan ini merupakan upaya untuk meminimalisir risiko terjadinya bencana, baik alam maupun non alam. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Perwakilan dari Kemenparekraf, Direktur Tata Kelola Destinasi, Indra Ni Tua menyampaikan bahwa Indonesia yang berstatus sebagai ring of fire, sebenarnya menjadi portofolio produk yang paling khas. Upaya mitigasi risiko bencana pada tahap awal yang dilakukan ini sangat perlu meski harus dengan investasi yang lebih.
Metode yang sedang dilaksanakan sama seperti slogan yang diterapkan dalam Kemenparekraf oleh Menteri Sandiaga Uno yakni Kolaboraksi. Kemenparekraf menyadari bahwa kegiatan yang dilaksanakannya ini harus dibuat sustainable.
"Aktivitas manajemen krisis ini baru, kita sajikan untuk wisatawan dan pengelola tempat wisata. Prinsipnya adalah bagaimana kita mengimplementasikan, menyempurnakan, dan lebih berperan ke depannya. Bagaimana pengetahuan dan sifatnya dapat dilakukan secara ilmiah sehingga bisa kita implementasikan," ungkap Indra saat FGD berlangsung, belum lama ini.
Ketua DRRC UI, Prof Fatma Lestari menyampaikan FGD ini dilaksanakan dengan melibatkan Dinas Pariwisata di 7 provinsi yakni Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur, Bali, Sumatra Barat, dan Jawa Barat.
"Focus Group Discussion (FGD) Identifikasi Risiko HSE dan Kebencanaan ini kami lakukan bersama pelaku desa wisata di 7 provinsi. Difasilitasi oleh tim peneliti dari DRRC UI, mahasiswa, dosen, dan alumni Departemen K3 UI bersama dengan Kemenparekraf RI," kata dia.
"Hasil dari forum ini akan menjadi dasar Program Manajemen Risiko HSE & Bencana di lokasi wisata dan desa wisata yang targetnya kami implementasikan tahun 2022 ini. Dari FGD ini juga kita akan mengetahui risiko apa saja yang tertinggi dan menjadi prioritas agar penanganannya efisien dan tepat berbasis risiko,” tutur Prof. Fatma Lestari.
Pelaksanaan FGD yang ditujukan untuk mengetahui risiko keselamatan dan kesehatan kerja, HSE, dan kebencanaan di 7 provinsi ini mencari datanya langsung kepada pelaku desa wisata. Sehingga dapat diketahui dan didata kebencanaan apa yang terjadi berikut intensitas serta kerugian yang ditimbulkan.
Misalnya saja wisata tracking, peneliti dan tim akan menganalisa bagaimana kondisi jalurnya, apakah sudah dipasang rambu-rambu keselamatan, apakah jembatannya kokoh, juga dilihat bagaimana kesiapan dari sumber daya manusianya. Adapun data kecelakaan yang terjadi diambil dari kegiatan sehari-hari.