Gandeng Kemenparekraf, Program Desa Wisata Berkelas Dunia Diluncurkan

Sandiaga Uno (tengah).
Sumber :
  • Ist.

VIVA Travel – Ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, sektor pariwisata mengalami kondisi yang dituntut untuk menerapkan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment) serta penerapan protokol kesehatan. 

Travel Influencer Kasih Tips Liburan di Desa Wisata, Riset Dulu

Data jaringan desa wisata (Jadesta) 2021 menunjukkan bahwa implementasi CHSE dan mitigasi bencana masih rendah dikarenakan kurangnya pemahaman akan risiko CHSE dan bencana serta minimnya kompetensi dan kapasitas sumber daya manusia di Desa Wisata. Scroll untuk info selengkapnya.

Kepala Disaster Risk Reduction Center Universitas Indonesia (DRRC UI), Prof. Fatma Lestari, mengatakan, dengan jumlah desa wisata di Indonesia yang mencapai lebih dari 7000 desa, edukasi CHSE dan mitigasi bencana secara masif yang dibutuhkan belum didukung dengan ketersediaan pemetaan risiko desa wisata di lokasi rawan bencana. 

'Open Trip' Makin Nge-hits, tapi Jangan Lengah

"Berdasarkan hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemetaan risiko desa wisata di lokasi rawan bencana menjadi sangat penting guna peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan perlindungan wisatawan," ujar Prof Fatma dalam keterangannya, Jumat 23 September 2022. 

Dukung Pariwisata Indonesia, Waketum Koordinator Kadin Sebut Stakeholders Harus Bekerja Sama

Oleh karena itu, Fatma mengungkapkan, Universitas Indonesia melalui Hibah Kedaireka Matching Fund Universitas Indonesia - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang dikelola oleh DRRC UI, meluncurkan Program Mewujudkan Desa Wisata (DeWi) Berkelas Dunia (World Class DeWi) melalui implementasi CHSE dan Mitigasi Bencana untuk penerima Anugrah Desa Wisata.

"Peluncuran hibah Matching Fund Kedaireka UI-Kemenparekraf dengan judul Mewujudkan Desa Wisata (DeWi) ber kelas dunia melalui Implementasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment) serta Mitigasi Bencana telah dilaksanakan di Desa Wisata Situs Gunung Padang, 22 September 2022," jelasnya. 

Menurut Fatma, tujuan dari kerjasama ini adalah untuk melakukan identifikasi Risiko HSE & Bencana, membuat modul & online learning aspek CHSE & Bencana untuk Desa Wisata, memberikan donasi peralatan HSE & Bencana, serta membuat Sistem Informasi Desa Wisata dan analisis Dampak Bencana. 

"Kegiatan ini juga melibatkan dosen, mahasiswa, dan alumni K3 FKM UI, Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) UI. Diharapkan dari kegiatan ini, terjadi peningkatan kompetensi SDM di Desa Wisata terkait CHSE & Mitigasi Bencana," tuturnya. 

Program ini sendiri akan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain identifikasi risiko HSE dan kebencana, pelatihan daring HSE dan mitigasi kebencanaan, verifikasi lapangan pelatihan HSE dan kebencanaan, sistem Informasi Desa Wisata (SIDEWITA) HSE dan kebencanaan, analisis dampak bencana, manajemen krisis tata kelola destinasi, serta pengelolaan program.

"Pengembangan materi edukasi daring CHSE dan mitigasi bencana yang akan digunakan berupa modul dan video yang dapat diakses melalui platform EDURISK yang telah dikembangkan oleh Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia sebagai solusi meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di desa wisata secara masif," paparnya. 

"Dengan dihadirkannya program kerjasama antara Universitas Indonesia melalui Unit Kerja Khusus Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat DRRC bersama Dosen, Mahasiswa, Alumni FKM UI, Departemen K3 FKM UI, dan Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) Universitas Indonesia dengan Kemenparekraf, diharapkan dapat membangkitkan sektor pariwisata melalui perwujudan desa wisata berkelas dunia (World class DeWi), meningkatkan kunjungan wisatawan nasional dan internasional ke desa wisata, serta pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional," tutup Prof. Fatma.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya