Museum Taman Prasasti, Museum yang Mengingatkan Kematian
- Wikimedia/Muhammad Zamroni
VIVA Travel – Museum merupakan gedung yang digunakan sebagai pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu. Selain itu, museum kerap menceritakan secara singkat peristiwa penting di sebuah negara atau daerah.
Tak hanya mengoleksi benda bersejarah, museum juga berfungsi mengkonversi, meriset, serta mengkomunikasikan kepada publik guna studi atau kegemaran. Keberadaan museum cukup penting karena mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya masyarakat.
Dengan mengunjungi museum, pengunjung akan mendapatkan pengetahuan baru melalui koleksi yang ditampilkan di sana.
Seperti yang sudah diutarakan di atas, museum menyimpan benda bersejarah, termasuk artefak, lukisan, patung, bahkan sampai batu nisan orang penting. Tempat koleksi nisan serta kereta jenazah antik bisa ditemukan di Museum Taman Prasasti yang berlokasi di Jalan Tanah Abang No. 1, Jakarta Pusat.
Museum ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno masa kolonial Belanda, miniatur makam khas dari berbagai provinsi Indonesia, serta koleksi kereta jenazah antik. Ketika mengunjungi Museum Taman Prasasti, pengunjung serasa kilas balik ke era penjajahan dengan nisan yang mayoritas tertulis nama orang Belanda dan patung-patung zaman Renaissance.
Sejarah Museum Taman Prasasti
Awalnya Museum Taman Prasasti merupakan sebuah area pemakaman umum yang bernama Kebon Jahe Kober dengan luas 5,5 hektar. Lahan tersebut mulai digunakan pada tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping Gereja Nieuw Hollandsche Kerk (sekarang Museum Wayang) yang sudah penuh. Nisan yang dipindahkan ditandai dengan tulisan HK atau Hollandsche Kerk.
Pada 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober resmi dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Luas museum ini menyusut hanya tinggal 1,3 hektar lantaran perkembangan kota.
Objek di Museum Taman Prasasti
Terdapat papan informasi di Museum Taman Prasasti yang memberi informasi singkat tentang nisan dan tokoh penting. Di sana juga tertera denah yang dibagi menjadi beberapa area.
- Area J
Makam pualam dengan hiasan sebuah buku milik Dr. H.F. Roll terdapat di area ini. Beliau merupakan pendiri STOVIA (Sekolah Kedokteran pada zaman pendudukan Belanda). Sekolah tersebut menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Di bagian sudut area J, terdapat dua buah peti jenazah yang disimpan di sebuah kotak mika transparan. Kedua peti tersebut dulunya digunakan untuk membawa jenazah Soekarno dan Mohammad Hatta. Karena mereka berdua pemeluk agama Islam, peti jenazah tidak ikut dikuburkan.
- Area I
Dulu area I memang sebuah pemakaman. Tetapi sekarang ini sejumlah jenazah yang dikuburkan sudah dipindahkan dengan disebar ke beberapa pemakaman lainnya. Beberapa tulang jenazah tersebut sementara disimpan di sebuah bangunan yang bernama Rumah Tulang. Bangunan itu awalnya adalah makam keluarga dari A.J.W Van Delden, seorang juru tulis di Indonesia Timur yang pernah menjabat sebagai ketua perdagangan VOC.
Konon di area ini juga masih menyimpan jenazah Kapiten Jas. jasadnya tidak bisa dipindahkan karena ada pohon yang sangat besar sehingga tidak bisa dibongkar. Makam ini dipercaya dapat memberikan kesuburan, kemakmuran, kebahagiaan, dan keselamatan.
- Area G
Replika tembok peringatan Pieter Erberveld tersedia di area ini. Beliau merupakan seorang keturunan Belanda-Thailand yang mempunyai rencana untuk berontak serta melakukan penyerangan terhadap pemerintahan Hindia Belanda.
Namun sayang, rencananya berhasil digagalkan sehingga ia ditangkap kemudian dihukum mati dengan kedua tangan dan kakinya ditarik 4 ekor kuda. Pada atas tembok dulunya ditancapkan penggalan kepala Pieter dan dindingnya dipasang prasasti.
Sementara di belakang area G terdapat patung Pastor Herikus Van Der Grinten yang berdiri di atas tugu berwarna cokelat. Ia adalah seorang pastor pada masanya di Batavia serta disayangi banyak orang karena memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.
- Area H
Di area ini terdapat nisan yang dibangun di atas pondasi berbentuk segi delapan milik Olivia Mariamne Raffles, istri dari Thomas Stamford Raffles (mantan Gubernur Hindia Belanda dan pendiri Kebun Raya Bogor).
Ada nisan yang mencuri perhatian di area ini yakni nisan dengan ukuran cukup lebar dari Marisa, seorang wanita suku Jawa yang dinikahi A. Schultheiss. Nisan tersebut dibuat untuk mengingat pada masa itu sebagian besar wanita pribumi hanya dijadikan simpanan.
Jam operasional Museum Taman Prasasti
Museum Taman Prasasti buka dari hari Selasa sampai Minggu. Buka mulai pukul 09.00 sampai dengan 15.00. Harga tiket dibanderol untuk dewasa sebesar Rp 5.000, mahasiswa Rp 3.000, anak-anak/pelajar Rp 2.000.
Dengan berkunjung ke Museum Taman Prasasti, kamu bisa mengingat sehebat apapun manusia, pada dasarnya akan kembali ke Sang Pencipta. Tak cuma itu, tentu mengunjungi museum akan menambah wawasan baru di balik orang-orang yang pernah dimakamkan di sini.