Rusa Hingga Pantai, Intip Indahnya Taman Wisata Gunung Tunak Mandalika
- VIVA/Satria Zulfikar.
VIVA – Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak di Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, masuk dalam kawasan penyangga Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. TWA Gunung Tunak dapat ditempuh dari kawasan Mandalika. Jaraknya sekitar 10 kilometer atau sekitar 10 menit menggunakan kendaraan.
Kawasan tersebut adalah hutan konservasi dan dilindungi. Di sana menjadi tempat penangkaran rusa. Sebanyak 38 rusa ditangkar di sana. Sebelumnya berjumlah 48 ekor, namun 10 ekor telah dilepasliarkan dalam hutan tersebut. Selain rusa, di sana terdapat penangkaran kupu-kupu, elang, burung dan hewan-hewan dilindungi lainnya.
Perencana Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB, Ivan Juhandara mengatakan, TWA Gunung Tunak merupakan hutan di wilayah Lombok bagian selatan yang tersisa di tengah kekeringan dan tandusnya wilayah tersebut.
"Hutan yang masih hijau di Lombok bagian selatan ini hanya Gunung Tunak," katanya, Senin, 6 Juni 2022.
Ivan mengatakan, NTB memiliki logo rusa, namun justru kondisi saat ini rusa telah langka dan terancam punah. Untuk itu, perlu semangat bersama untuk melakukan konservasi pada kawasan hutan yang memiliki luas 1.219,97 hektare itu.
Selain menjadi tempat habitat rusa berkembang biak, kawasan TWA Gunung Tunak memiliki tiga pantai yang sangat indah. Ketiga pantai itu adalah Pantai Teluk Ujung, Pantai Bilasaya, dan Pantai Sarigoang.Â
Uniknya di kawasan Gunung Tunak ini memiliki tumbuhan purba dan bebatuan karang berusia purba. Entah mengapa batu karang laut bisa sampai ke sana, namun sebagian besar orang meyakini pernah terjadi tsunami megathrust yang membuat batu karang naik sampai ke gunung.
Manajer TWA Gunung Tunak, Rata Wijaya mengatakan rusa yang ada dalam penangkaran merupakan jenis Rusa Timor atau Rusa Timorensia. Sementara NTB sendiri memiliki jenis rusa berbeda yang memiliki corak warna merah dan dominan lebih tinggi dari rusa lainnya.
Biasanya rusa tersebut bermigrasi dari Pulau Sumbawa menuju Lombok dengan berenang.
"Biasanya kalau musim kemarau panjang bermigrasi dari Sumbawa. Itu dilihat nelayan," katanya.
Namun rusa tersebut biasanya berada di Gunung Raden, sebuah kawasan di Lombok Tengah. Menariknya, Gunung Raden memiliki mitos oleh masyarakat setempat agar tidak sembarang orang masuk dan mengambil sesuatu di dalamnya. Jika seseorang mengambil sesuatu di Gunung Raden, maka akan kehilangan yang lebih besar dari yang mereka dapatkan.
"Jadi kalau ada pemburu mengejar rusa, ketika rusa masuk Gunung Raden mereka (pemburu) akan berhenti dan tidak melanjutkan perburuan," ujarnya.
Mitos masyarakat tersebut menurut Rata Wijaya sesuai dengan prinsip konservasi, untuk melindungi rusa dari ancaman kepunahan.
"Tentu ini bersesuaian dengan misi konservasi kita," ujarnya.