Charles, Pangeran Wales Pernah Sentuh Patung Buddha Candi Borobudur

Charles, Pangeran Wales
Sumber :
  • Instagram @seaheritagehistory

VIVA – Candi Borobudur merupakan sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.

Candi Borobudur memiliki keunikan dan keindahan yang luar biasa. Salah satu keunikannya yaitu ada sebuah mitos yang menyebutkan jika sesorang bisa menyentuh patung Budhha di candi yang sering disebut Kunto Bimo, cita-citanya akan terkabul.

Putra mahkota Britania Raya raih patung Buddha di candi Borobudur

Sejarah Radio di Indonesia Tertulis Abadi dalam Buku Radio Melintas Zaman

Dalam unggahan Instagram milik akun @seaheritagehistory menyebut jika Charles, Pangeran Wales meraih patung Buddha di candi Borobudur. Potret tersebut diambil pada tahun 1989.

INDONESIA | Charles, Pangeran Wales, di Borobudur, 1989,”tulis akun tersebut.

Menteri Kebudayaan Isyaratkan Pelajaran Sejarah Kembali Diwajibkan di Sekolah

Foto tersebut terlihat bahwa pangeran mahkota Britania Raya itu sedang menyentuh patung Buddha yang sering disebut Kunto Bimo.

Charles, Prince of Wales, saat mengunjungi Borobudur pada tahun 1989. Dalam foto tersebut, Pangeran Wales menyentuh patung Buddha di candi yang sering disebut Kunto Bimo,”imbuhnya.

Kunto Bimo adalah mitos yang diyakini oleh masyarakat sekitar Borobudur yang mengatakan bahwa siapa pun yang mencapai stupa yang berlubang dan dapat menyentuh bagian tertentu dari tubuh patung Buddha di dalamnya akan mendapatkan keberuntungan atau keinginannya akan dikabulkan.

Finalis Putri Asean coba meraih “Kunto Bimo”

Imelda Fransisca

Photo :
  • VIVA.co.id/Jeffry

Pada 2005 lalu, para finalis Puteri Asean juga sempat mencoba untuk meraih “Kunto Bimo”. Para finalis tersebut diantaranya Mindy Ng Geok Boey (Singapura), Ei Yupa Win (Myanmar) dan Panisa Chaikanarakkul (Thailand), Joselyn Lee Pek Wan (Malaysia), Nguyen Thao Huong (Vietnam), Jhezarie Javier (Filipina), Dayangku Farhana Pengiran Haji Bujang (Brunei) dan Imelda Fransisca (Indonesia).

Sejarah singkat Candi Borobudur

Candi Borobudur.

Photo :
  • Dokumentasi Kominfo

Konon candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan 9 sekitar 800 masehi pada masa pemerintahan dinasti Syailendra. Pembangunan Candi Borobudur diprediksi membutuhkan waktu hingga puluhan, bahkan ratusan tahun, hingga benar-benar terbentuk pada masa pemerintahan raja Samaratungga di tahun 825.

Meski demikian, belum ada yang menjelaskan siapa sosok yang membangun candi Borobudur tersebut. Sebab, pada masa itu, agama Hindu dan Budha berkembang bersamaan di pulau Jawa.

Diketahui jika Dinasti Syailendra merupakan penganut agama Budha aliran Mahayana, sementara di area Borobudur juga terdapat penganut Hindu yang beraliran Siwa. Para arkeolog menyebut, pembangunan Candi Borobudur sempat mengalami perombakan hingga empat kali. 

Mulanya, dikabarkan pembangunan Candi Borobudur ini dimulai dengan meratakan daratan yang ada di sekitar candi, lalu memadatkan tanah dengan batu dan dibentuk struktur piramida.

Struktur tersebut kemudian diubah, karena luas undakan persegi dan melingkar di area tersebut ditambah. Setelah itu, Candi Borobudur mengalami perubahan terakhir pada undakan melingkar dan dilakukan pelebaran ukuran pondasi.

Candi Borobudur sempat tertutup lapisan tanah dan debu vulkanik selama berabad-abad dan ditumbuhi pohon serta semak belukar, hingga hanya menyerupai bukit. Hal tersebut diduga karena adanya erupsi Gunung Merapi dan beralihnya keyakinan penduduk dari Budha ke Islam.

Kepopuleran Candi Borobudur kembali pada masa Thomas Stamford Raffles, saat ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal di pulau Jawa pada 1811. Pada saat itu, Raffles mendengar terdapat bangunan besar yang tersembunyi jauh di dalam hutan yang ada di dekat desa Bumisegoro. Lalu ia mengutus insinyur Belanda bernama Christian Cornelius untuk melakukan pemeriksaan. 

Penemuan kembali Candi Borobudur tersebut tersebar dan menjadi malapetaka, yaitu terjadinya kerusakan di banyak tempat. 

Pada akhir tahun 1960-an, pemerintah Indonesia meminta bantuan kepada UNESCO untuk mengatasi permasalahan yang ada di Candi Borobudur tersebut.

Membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya lumayan besar untuk memperbaiki Candi Borobudur, hingga akhirnya UNESCO menetapkan candi tersebut sebagai Situs Warisan Dunia pada 1991. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya