Mengintip Silver Sunrise di Lembah Posong, Gunung Sindoro
- Teguh Joko Sutrisno
VIVA – Gunung kembar Sindoro-Sumbing tak pernah berhenti menebar pesona bagi siapa pun yang melintas di jalur Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah. Bahkan sejak saya mengawali perjalanan dari Semarang pun, keduanya sudah menggoda dari kejauhan.
Kebetulan cuaca sangat cerah pagi itu, sehingga Sindoro-Sumbing tampak jelas dari tepi jalan di Mijen Semarang, meski jaraknya 75 kilometer.
Saya sengaja touring lewat jalur belakang menuju kawasan pegunungan Sindoro-Sumbing. Tujuan utama adalah Lembah Posong.
Rutenya dari Kota Semarang lewat jalur Ngaliyan-Mijen-Boja-Sukorejo hingga sampai di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung. Di desa itulah Lembah Posong berada.
Saya sengaja berangkat pagi karena mau mampir dulu ke Dieng. Malamnya saya menginap di Base Camp pendakian Gunung Sindoro. Numpang nginep saja sih, enggak naik gunung.
Nah, dari base camp tersebut, sekitar jam 04.00 WIB keesokan harinya saya meluncur ke Posong yang butuh waktu 15 menit saja naik motor.
Sepagi itu loket Lembah Posong sudah buka. Tiket masuknya Rp20 ribu per orang. Untuk parkir mobil Rp10 ribu, parkir motor Rp5 ribu.
Dari loket masuk di kampung, perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan beton melewati kebun sayur dan hutan pinus.
Begitu tiba, semburat jingga keperakan sudah terlihat di ufuk timur. Gunung Sumbing menjadi siluet indah yang berpadu dengan pucuk-pucuk pinus di garis bawahnya. Gulungan kabut pagi melengkapi suasana romantis di Lembah Posong.
O ya, Lembah Posong ini berada di punggung sisi tenggara Gunung Sindoro. Sehingga dari sini bisa melihat dengan jelas Gunung Sumbing yang ada di hadapannya.
Saya memilih tempat di sebuah gardu pandang di sisi kiri kawasan Lembah Posong. Ini titik strategis karena bisa melihat Gunung Sumbing secara utuh.
Sekitar jam setengah enam, sunrise perlahan muncul di balik sisi punggung Gunung Sumbing.
Sunrise Posong termasuk salah satu favorit di Jawa Tengah bersama Sikunir Wonosobo, Kaliangkrik Magelang, atau Bandungan Semarang. Kelebihan Posong karena letaknya yang tidak begitu jauh dari jalan utama Temanggung. Hanya sekitar 3 kilometer dengan jalan yang sebagian sudah diaspal dan dibeton.
Panorama sunrise yang bisa dilihat dari Posong memang luar biasa. Jika Sikunir dieng populer dengan golden sunrise, maka di Posong ini perpaduan antara golden sunrise dengan silver sunrise. Karena pada saat matahari mulai naik, semburat langit keperakan menjadi pemandangan yang elok dengan kombinasi gunung yang biru.
Pada situasi tertentu, pengunjung akan benar-benar dikelilingi awan karena di bagian belakang juga muncul kabut yang turun dari Gunung Sindoro.
"Ya itulah kelebihan di sini. Bias matahari berpadu dengan langit biru tua, juga gunung yang perlahan berubah dari warna gelap menuju biru," jelas Sofianto, anggota Pokdarwis Desa Tlahab saat berbincang dengan VIVA di salah satu gardu pandang baru-baru ini.
Ia kemudian bercerita bahwa ini dulu adalah tempat perlintasan pendaki yang akan naik ke puncak Gunung Sindoro. Lalu ada beberapa warung yang buka untuk persinggahan.
"Lama-lama, dari cerita mulut ke mulut, banyak yang datang ke sini sekedar main dan melihat sunrise. Terus warga sini membuat Pokdarwis dan mengelola jadi tempat wisata," jelasnya.
Pada perkembangannya, pemerintah setempat kemudian membangun kawasan ini menjadi tempat wisata terpadu. Antara lain memperbanyak gardu pandang, sentra kuliner, taman bermain, serta pusat cenderamata.
Sebelum balik ke Semarang, saya menyempatkan ngopi sebentar di Gazebo sambil menikmati suasana Lembah Posong yang eksotis.
Laporan: Teguh Joko Sutrisno