Berlibur Sekaligus Mengenang Sejarah di Pulau Kelor
- facebook.com/kelor.island
VIVA – Pulau Kelor merupakan salah satu pulau yang berada di gugusan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Letak Pulau Kelor masih berdekatan dengan Pulau Bidadari, salah satu pulau populer yang kerap menjadi destinasi wisata di Kepulauan Seribu.
Untuk mencapai Pulau Kelor, dibutuhkan waktu pelayaran sekitar satu jam menggunakan kapal motor dari Dermaga Marina Ancol. Jarak dari Marina Ancol ke Pulau Kelor diperkirakan sepanjang 1,8 km.
Air di Pulau Kelor terlihat menyejukkan mata dengan warna khas laut yaitu biru kehijauan serta pasir putih. Pengunjung dapat berenang atau bersantai sambil memandang hamparan laut dan horizon langit apalagi saat matahari terbit atau tenggelam.
Tak cuma itu, Pulau Kelor juga cocok bagi yang hobi memancing. Di sekitar pulau ini terdapat ikan kerapu batu. Pengunjung bisa membawa pulang hasil tangkapan dan mengolah ikan tersebut.
Berkemah di Pulau Kelor juga diperbolehkan dengan syarat harus meminta izin kepada penjaga pulau dan membawa peralatan sendiri.
Luas Pulau Kelor terhitung cukup kecil yakni hanya 0,28 km² sehingga tidak ada tempat tinggal di pulau ini. Terlepas dari ukurannya yang tidak luas, rupanya Pulau Kelor pernah menjadi saksi bisu saat masa penjajahan Indonesia.
Peninggalan era kolonialisme
Sambil menikmati keindahan Pulau Kelor, wisatawan bisa melihat berdirinya sebuah benteng kecil bernama Benteng Martello. Benteng ini dibangun pada abad ke-17 oleh Belanda untuk berlindung dari serangan Portugis.
Tentu Benteng Martello kini sudah tidak berdiri kokoh, banyak bagian bangunan yang sudah dimakan usia. Bahkan setinggi 15 meter ini dapat terlihat jelas dari pulau lain.
Pulau Kelor dulu dikenal dengan nama Pulau Kerkhof yang diambil dari Bahasa Belanda, berarti Pulau Makam. Pemberian nama tersebut tentunya beralasan. Pulau ini disebut Pulau Makam sebab konon dulu masyarakat setempat dan tentara Belanda pernah dimakamkan di sini. Tetapi saat ini makam tersebut sudah tidak ada.
Selain menjadi kuburan untuk warga lokal dan tentara Belanda, ada sejarah kelam yang terjadi di Pulau Kelor. Pulau ini merupakan lokasi terjadinya tragedi tujuh kapal atau Zeven Provinciën. Peristiwa ini dipercaya berawal dari pesisir Sumatra hingga sampai ke Pulau Kelor.
Tragedi tujuh kapal terjadi pada Februari 1933 di mana para pegawai menolak penurunan gaji oleh Pemerintah Hindia Belanda. Lalu terjadilah perang di atas kapal antara para awak dan penjajah. Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengebom kapal tersebut melalui pesawat udara.