Intip Keunikan Pura Tirta Empul, Pura Hindu dengan Air Suci
- U-Report
VIVA – Pura Tirta Empul adalah pura Hindu yang berlokasi di daerah Tampak Siring, tepatnya di Jalan Tirta, Manukaya, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Mengutip laman wikipedia Bangunan ini didirikan pada tahun 962 Masehi oleh raja Sri Candrabhayasingha Warmadewa.
Pura ini memiliki air jernih dan memiliki banyak pancuran yang sangat segar, jika kamu memiliki rencana ke Bali dan tertarik untuk mengunjungi tempat peribadatan umat Hindu, maka Tirta Empul merupakan tempat yang harus kamu kunjungi.
Berikut VIVA telah merangkum dari berbagai sumber informasi, terkait pura Tirta Empul yang diyakini sebagai tempat air suci
Tirta Empul
Selain tempat bersembahyang umat Hindu, pura Tirta Empul juga memiliki keunikan tersendiri dibandingkan pura lain yang ada di Pulau Dewata, keunikan yang mencolok dari tempat ini adalah terdapat mata air alami yang berada di dalam area pura.
Pemilihan nama Tirta Empul mengacu dari mata air yang berasal dari sungai Pakerisan. Area pura dibagi menjadi 3 bagian, yakni: Jaba Pura (halaman depan), Jaba Tengah (halaman tengah) dan Jeroan (halaman dalam).
Pada bagian Jaba Tengah, kamu dapat melihat sebuah kolam yang memiliki 33 pancuran air, beberapa pancuran diketahui memiliki nama yang berbeda-beda sesuai dengan manfaatnya. Pancuran tersebut yakni: 14 pancuran Tirtha Pembersihan, 2 Tirtha Peleburan Kutukan dan 6 Tirtha Penyakit berat dan terakhir Tirtha Upakara.
Tradisi Melukat di Pura Tirta Empul
Warga sekitar kerap melakukan tradisi Melukat di tempat ini, Melukat merupakan sebuah tradisi penyucian di Tirtha Empul yang tepatnya di kolam Jaba Tengah. Tradisi ini banyak menarik pengunjung untuk ikut serta, baik wisatawan lokal atau wisatawan asing.
Tradisi Melukat dipercaya oleh masyarakat Hindu Bali memiliki banyak manfaat. Kegiatan ini dikabarkan dapat mengobati berbagai macam penyakit, seperti sakit gigi, rematik dan asam urat, dan beberapa meyakini tradisi Melukat juga dapat melancarkan rezeki dan mendapatkan jodoh.
Dalam pelaksanaannya, para warga lokal dan wisatawan yang mengikuti tradisi Melukat harus menyampaikan doa-doa dengan menangkupkan kedua tangan. Namun untuk mengikuti tradisi Melukat di pura Tirta Empul, para wisatawan harus mengikuti peraturan yang berlaku.
Diantaranya meletakan canang (persembahan) di atas pancuran air dan memakai kain yang diikatkan pada bagian pinggang. Dan bagi wisatawan yang sedang haid, tidak diperbolehkan mengikuti tradisi Melukat.
Memperingati hari raya Galungan
Dikisahkan bahwa Mayadenawa, seorang raja sakti yang memiliki sifat jahat selalu mengusik kehidupan masyarakat. Karena bersifat jahat, maka seorang bernama Kulputih, berdoa dan memohon kepada dewa Indra agar dewa Indra berkenan melawan dan membasmi raja Mayadenawa.
Hingga suatu ketika Dewa Indra mengirim pasukan untuk menghancurkan Mayadenawa. Perang ini berakhir dengan kekalahan Mayadenawa yang kemudian melarikan diri ke hutan.
Lalu Mayadenawa menciptakan mata air beracun dan berhasil membunuh sebagian pasukan Dewa Indra. Sang Dewa akhirnya menciptakan mata air penawar racun dan diberi nama Tirta Empul yang berarti air suci.
Setelah Mayadenawa mengetahui rencananya gagal, ia Kembali melanjutakan pelariannya, denga mengubah bentuk menjadi batu besar, namun persembunyainnya berhasil diketahui dewa Indra, dan dewa Indra langsung memanah Mayadenawa hingga tewas.
Terbunuhnya raja Mayadenawa, selalu diperingati oleh umat hindu Bali setiap 210 hari yang dikenal dengan nama hari Raya Galungan.
Spot foto yang instagramable
Untuk kamu yang ingin mengunjungi Tirta Empul, kamu dapat menambah banyak koleksi foto keren ala Pulai Dewata, bangunan pura yang memiliki nilai historis bernuansa Bali sangat cocok menjadi spot untuk mengabadikan momen bersama orang terdekat.
Di depan area kompleks Tirta Empul merupakan area parkir yang cukup besar dan deretan took penjual barang antic maupun souvenir, ada juga beberapa kedai yang menjual makanan dan minuman yang dapat kamu kunjungi Ketika rasa lapar tiba.
Rute menuju Tirta Empul
Menlansir dari laman befreetour.com:
Sekitar 15 menit berkendara dari Tegalalang, ke arah tenggara di Jl. Raya Tegallalang - belok kiri ke Jl. Raya Desa Kenderan - belok kanan ke Jl. Sentanu - belok kanan ke Jl. Dr. Ir. Soekarno - belok kiri ke Jl. Tirta (rambu Kintamani/Tirta Empul) sekitar 600 m, Tirta Empul Temple berada di kanan jalan.
Sekitar 30 menit berkendara dari Ubud. Ke arah tenggara di Jl. Raya Ubud menuju Jl. Karna - ambil jalur sebelah kanan - belok kanan ke Jl. Raya Andong - belok kiri ke Jl. Gn Sari - belok kiri ke Jl. Raya Laplapan - terus ke Jl. Raya Pejeng Kawan - belok kiri ke Jl. Raya Pejeng Tampaksiring - terus ke Jl. Rata Tampaksiring - Jl. Astina pura Sel. - Jl Dr. Ir. Soekarno/ Jl. Pejeng Kaja-Tampak Siring - belok kanan ke Jl. Tirta (rambu Kintamani/Tirta Empul) sekitar 600 m, Tirta Empul Bali berada di kanan jalan.
Sekitar 1 jam 25 menit berkendara dari Kuta. Melewati Jl. Buni Sari - Jl. Kuta Theater - Jl. Raya Kuta - Jl. Setia Budi - Jl. Sunset Road - Jl. By Pass Ngurah Rai - Jl. Prof Ida Bagus Mantra - Jl. Pantai Saba di Saba - Jl. Padat Karya Saba - belok kiri ke Jl. Kebo Iwa di Blahbatuh - belok kanan ke Jl. Udayana - melewati Jl. Raya Semebaung - belok kiri sedikit ke Jl. Raya Bedulu - Jl. Dr. Ir. Soekarno - Jl. Raya Pejeng Tampaksiring - belok kanan ke Jl. Tirta (rambu Kintamani/Tirta Empul) sekitar 600 m, Tirta Empul Ubud berada di kanan jalan.
Sekitar 1 jam 30 menit berkendara dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai - Jl. By Pass Ngurah Rai - Jl. Prof Ida Bagus Mantra - Jl. Pantai Saba di Saba - Jl. Padat Karya Saba - belok kiri ke Jl. Kebo Iwa di Blahbatuh - belok kanan ke Jl. Udayana - melewati Jl. Raya Semebaung - belok kiri sedikit ke Jl. Raya Bedulu - Jl. Dr. Ir. Soekarno - Jl. Raya Pejeng Tampaksiring - belok kanan ke Jl. Tirta (rambu Kintamani/Tirta Empul) sekitar 600 m, Tirta Empul Tampak Siring berada di kanan jalan.