5 Legenda dan Kepercayaan Jawa Nyi Roro Kidul

Nyi Roro Kidul
Sumber :

VIVA – Kepercayaan Jawa Nyi Roro Kidul yang merupakan sosok cantik dan dipercayai oleh masyarakat khususnya pesisir selatan Jawa sebagai Ratu penguasa di laut selatan. Nyi Roro Kidul juga dikaitkan dan kuat hubungannya dengan para raja-raja di Jawa.

Di Istanbul, Wakil Ketua MUI Cerita Kontribusi Turki Utsmani Perkenalkan Masjid Al Aqsa ke Jawa

Kabar yang beredar, setiap Raja di Jawa yang dinobatkan ini mereka juga menikah dengan Ratu penguasa pantai selatan tersebut.

Kali ini Viva merangkum dari berbagai sumber mengenai Legenda dan Kepercayaan yang kaitannya dengan sosok penguasa pantai selatan, yaitu Jawa Nyi Roro Kidul;

Poengky Indarti Klaim Punya Cara Kembalikan Kepercayaan Publik kepada KPK

Patih Laut Selatan

Nyi Roro Kidul dipercayai dalam susunan tahta penguasa pantai selatan sebagai patih Kanjeng Ratu Kidul yang memimpin semua makhluk termasuk tentara halus di laut selatan.

Dapat Kepercayaan dari Prabowo, Ansar-Nyanyang Dinilai Mampu Pimpin Kepri

Kiai Iman Sampurna yang berasal dari Blitar, Jawa Timur pada abad ke-19 mengeluarkan sebuah pandangan ramalan yang menyatakan bahwa Nyi Roro Kidul dan Sunan Lawu akan memimpin bala tentara yang bertugas masing-masing untuk menyebarkan wabah kepada umat manusia yang memiliki sifat dan kelakuan buruk.

Nyi Roro Kidul dann Nyi Blorong

Nyi Roro Kidul terkadang dikabarkan sebagai sosok perempuan cantik yang berwujud Putri dengan tubuh bagian bawah yang menyerupai ular atau ikan dengan balutan pakaian yang dominan hijau dan mengenakan perhiasan.

Nyi Roro Kidul dipercayai dapat mengambil jiwa seseorang yang ia inginkan, terkadang juga Ia memiliki wujud seperti ular. Kepercayaan ini bisa dikaitkan dengan legenda putri Padjajaran yang menderita penyakit kulit, yaitu sering disebut sebagai Nyi Blorong dan kulit tersebut berganti menyerupai ular.

Nyi Roro Kidul dan Sunan Kalijaga

Nyi Roro Kidul dan Sunan Kalijaga memiliki hubungan yang sangat mendalam dan dikarenakan oleh aspek air. Di dalam bahasa Jawa, kali memiliki arti sungai.

Bermula dari Panembahan Senopati di abad 16, atau pendiri imperial Mataram yang menganeksasi wilayah-wilayah Jawa mencari dukungan, salah satunya dukungan dari penguasa pantai selatan yaitu Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul di wilayah pemancingan Jawa.

Dukungan tersebut diperuntukkan untuk perlindungan khusus untuk keluarga bangsawan Mataram. Akibatnya ketergantungan Senopati pada Sunan Kalijaga dan Nyi Roro Kidul menurut catatan kesejarahan Mataram ini memiliki penggabungan unsur kepercayaan terhadap Islam dan kepercayaan asli Jawa.

Larangan Pakaian Hijau

Terdapat kepercayaan umum yang berasal dari kepercayaan lokal bagi yang mengenakan pakaian berwarna hijau di pantai selatan akan membuat pemakainya tertimpa kesialan bahkan kematian.

Warna Hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul, dalam bahasa jawa warna hijau lau disebut gadhung m’lathi yang tidak boleh ada dan memakai warna tersebut sepanjang pantai atau pesisir selatan Jawa.

Papan peringatan atau peringatan dari mulut ke mulut sering diberikan kepada setiap pengunjung ke pantai selatan untuk tidak mengenakan pakaian warna hijau. Mitos yang beredar, siapa saja yang memakai pakaian hijau akan menjadi sararan Nyi Roro Kidul untuk dijadikan tentara atau pelayannya.

Tetapi, secara logika, mitor tersebut sebenarnya muncul karena warna air laut yang berada di pantai selatan cenderung memiliki warna kehijauan, sehingga orang yang tenggelam dan mengenakan warna hijau, nantinya akan sulit ditemukan karena menyaru dengan warna air laut.

Bersumber dari Serat Centhini, menyebutkan bahwa Gusti Kanjeng Nyi Roro Kidul memiliki kampuh gadhung mlathi atau kait dodot berwarna hijau dan tengahnya putih yang berperada emas.

Dewi Pengumpul Sarang Burung Walet

Nyi Roro Kidul adalah dewi bagi pengumpul sarang burung wallet yang ada di pesisir pulau Jawa. Para pengumpul menuruni tebing menggunakan tali serabut kelapa hingga sekitar ketinggian sembilan meter di atas permukaan laut.

Di sana, pengumpul menunggu arus ombak di atas bambu, kemudian terjun dan terbawa arus masuk ke gua. Dalam kegelapan total, mereka mengambil sarang burung dan memasukkan dalam tas mereka. Perjalanan pulang juga sangat berbahaya dan membutuhkan waktu yang tepat, agar tidak terbawa ombak yang ganas

Rongkob dan Karang Bolong yang terdapat di pantai selatan Jawa Tengah terkenal sebagai tempat mengumpulkan sarang burung walet (disebut Salanganen atau Collocalia fuciphaga).

Proses panen terkenal karena juga dilakukan pertunjukan wayang serta ritual tarian yang diiringi musik gamelan. Setelah panen selesai, masyarakat memberikan persembahan yang disebut "Ranjang Nya Loro Kidul". Persembahan tersebut digantung bersama dengan kain batik dan cermin yang diletakkan di atas bantal berwarna hijau.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya