Yuk, Tengok-tengok Peradaban Bangsa Arab di Museum Alamoudi

Museum Alamoudi, Mekah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA – Berada di sisi kanan jalan menuju Jeddah, Arab Saudi, sekira satu kilometer setelah gapura batas Tanah Haram, Mekah, gedung Museum Alamoudi berdiri. Dalam perjalanan ke Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, untuk pulang ke Tanah Air, Rabu siang 6 November 2019, VIVA.co.id dan rombongan mampir.

Mahkamah Internasional Keluarkan Surat Perintah Tangkap Netanyahu atas Kejahatan Perang

Museum Alamoudi didirikan oleh Abu Bakar Alamoudi, seorang konglomerat Arab Saudi. Berdiri di atas lahan dengan luas sekira 2.000 meter persegi, bangunan museum dibuat dengan gaya khas rumah-rumah bangsa Arab zaman dahulu.

"Bangunannya dibuat dari tanah lempung, seperti rumah orang Arab dahulu," kata pemandu kami, Thalab. 

Seperti Roberto Mancini, Herve Renard Terancam Jadi Tumbal Timnas Indonesia

Tiba di lokasi, kami disambut gapura berpintu kayu putih tulang. Masuk ke dalam, halaman seluas satu kali lapangan badminton menghampar dengan alas rumput sintetik. Petugas bergamis menyambut kemudian menyulurkan topi khas Arab buat gaya-gayaan berfoto. "Silakan," kata petugas dengan bahasa Indonesia putus-putus. 

Di pojok kanan, replika rumah orang Arab zaman dulu dibuat. Terbuat dari tanah lempung, rumah tersusun dua lantai. Di bagian bawah dipakai untuk dapur. Di dalam, ada tungku memasak dan tempat-tempat menyimpan makanan. Semuanya dari lempung. Ada pula tempat minuman khas Arab macam kendi.

Komentar Menohok Ivar Jenner Soal Aksi Guling-guling Pemain Arab Saudi

Sementara di lantai atas, tikar anyaman terhampar. Mungkin untuk istirahat juga bersantai dengan tamu. Beragam jenis senjata, dari pedang hingga bedil, tersandar di dinding. Tergeletak pula beberapa topi anyaman. Sementara di luar rumah, kayu-kayu tegak segitiga berdiri dengan replika binatang menggantung, menggambarkan orang Arab dahulu memanggang hewan buruan.

Tempat panggangan itu berdampingan dengan ayunan bayi yang talinya menggantung dari cabang sebuah pohon. Di sebelahnya lagi, ada bangunan kecil, di Indonesia mungkin semacam gazebo. Di meja yang juga terbuat dari lempung, teko dengan gelas-gelas kecil tergeletak rapi. Di sana pengunjung banyak berfoto dengan gaya santai. 

Tak hanya properti dan benda-benda rumahan, Museum Alamoudi juga memamerkan macam-macam peralatan perang bangsa Arab dari masa ke masa. Ada macam-macam pedang, panah tradisional, tombak, teropong, baju zirah, tameng, hingga bedil. Benda-benda perang itu dipamerkan di gedung utama yang berdiri di bagian tengah area museum. 

Selain benda perang, dipamerkan pula busana-busana khas Arab zaman dulu dan peralatan musik. Ada juga beberapa benda terkait Kabah, seperti kain Kabah, bekas talang air yang dipasang di atap Kabah untuk mengalirkan air kala hujan, juga tembaga tempat Hajar Aswad. Menelusuri lorong bagian belakang, benda-benda macam peralatan kerajinan juga tersuguhkan. 

Menikmati Museum Alamoudi seperti menelusuri peradaban Arab masa lampau. Sayang, sedikit keterangan tertulis di setiap benda yang dipamerkan, baik bertuliskan Inggris maupun Arab. Sehingga pengunjung, terutama wisatawan asing, tak mengetahui secara pasti tahun benda dipakai oleh bangsa Arab. Petugas juga tak banyak memberikan penjelasan, mungkin karena kendala bahasa. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya