Tips Agar Uang Kembali 100 Persen saat Batalkan Tiket Pesawat
- U-Report
VIVA – Kegiatan berwisata atau traveling telah menjadi kebutuhan bagi banyak orang dalam beberapa tahun belakangan. Kebanyakan dari mereka kerap memesan jauh-jauh hari untuk mendapatkan harga yang terbaik.
Tapi, sesuatu hal yang tidak terduga seringkali membuat para traveler membatalkan jadwal penerbangan mereka. Ini karena sebagian besar uang yang telah dibayarkan untuk pemesanan seringkali tidak bisa dikembalikan. Sehingga menyebabkan para pelanggan dan travel agent mengalami kerugian.
Namun, sebenarnya ada tips dan cara tersendiri agar uang pemesanan tiket pesawat yang telah dibatalkan bisa kembali 100 persen. Lantas, bagaimana caranya?
"Caranya dengan menggunakan Smart Ticket. Para pelanggan tidak perlu khawatir terhadap masalah pembatalan tiket pesawat karena aplikasi Electra sudah dilengkapi dengan berbagai fitur yang diperlukan dalam menghadapi kondisi tersebut," ungkap Direktur Utama Sabre Travel Network Indonesia, Denny Fajar, saat ditemui baru-baru ini.
Ia menambahkan hal-hal seperti pembatalan tiket domestik dan internasional maskapai Garuda Group oleh penumpang, akan mendapatkan solusi penggantian dana atau refund hingga 100 persen. Bahkan untuk tiket promo yang non refundable juga bisa mendapatkan pengembalian hingga 20 persen.
"Selain itu, jika mengalami keterlambatan penerbangan hingga lebih dari 4 jam, atau pelanggan meninggal dunia dan kecelakaan di dalam area bandara juga akan diberikan kompensasi," kata Denny.
Denny mengatakan bahwa para pelanggan hanya cukup membayar satu premi untuk mendapatkan tiga manfaat tersebut. Sehingga pelanggan tetap merasa aman selama memesan tiket pesawat.
"Jadi tidak perlu khawatir jika uang mereka tidak kembali akibat terjadi pembatalan penerbangan dan juga jauh lebih simple dan mudah," kata Direktur Marketing CIU Insurance, Nickolai B.
Intip Syarat Dapat Tarif PCR Rp195 Ribu dari Lion Air
Layanan tarif PCR Rp195 ribu hanya berlaku bagi penumpang Lion Air keberangkatan dari Bandara Soetta dan Halim Perdanakusuma.
