Menyusuri Sejarah Kopi di Ethiopia, Menikmati Seduhan Kopi Nusantara
- timesindonesia
Kaldi memutuskan untuk mencoba beberapa dan terasa pahit, namun ia merasa lebih bahagia dan bertenaga. Beberapa waktu kemudian, seorang rahib lewat, mengamati Kaldi dan kambing-kambing itu.
Ketika Kaldi memberitahunya tentang buah kopi, rahib sufi itu mengira sebagai jawaban atas doanya. Tampaknya, sang rahib terbiasa tertidur di tengah doa. Namun ketika dia memakan buah kopi, dia tetap terjaga.
Rahib yang tidak disebutkan namanya muncul dengan gagasan mengeringkan dan merebus buah kopi untuk membuat minuman. Rekan-rekannya menyukai minuman baru ini karena mendorong mereka untuk berdoa dan rasanya juga enak. Hingga saat ini rantai kopi terbesar di Ethiopia disebut Kaldi.
Dalam sejarah belahan dunia lain, pada 1615 kopi secara resmi masuk ke Eropa. Kopi tidak tumbuh subur di sana. Bangsa-bangsa Eropa lantas menggunakan daerah jajahannya untuk membudidayakan tanaman kopi.
Era kolonialisi Bangsa Eropa melalui penjajahan Belanda membawa persebaran kopi ke berbagai belahan dunia seperti Srilanka, Jawa, Haiti, Jamaika, dan Brazil yang dikenal sebagai wilayah tropis Sabuk Kopi (Bean Belt Coffee).
“Kopi hanya bisa tumbuh di daerah tropis oleh karena itu dikenal Bean Belt Coffee (Sabuk Kopi) di Srilanka, Jawa, Haiti, Jamaika, dan Brazil sebagai penghasil kopi nomor satu di dunia,” terang Iffung, Trainer Excelso Surabaya, Selasa (9/7/2019).
Sedangkan Indonesia merupakan produsen kopi nomor 4 di dunia namun masih kalah dengan Vietnam yang kini menduduki Negara nomor 2 penghasil kopi dunia.