Menengok Arakan Komantan Korong di Festival Pranata Adat Situbondo
- Official Kemendesa Situbondo
VIVA – Indonesia terdiri dari berbagai suku dan dikenal dengan Bangsa yang majemuk. Semua suku, ras, agama dan budaya bersatu mengusung Bhineka Tunggal Ika. Hal itulah yang sejak dahulu menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Sebuah festival rakyat yang mengusung tema persatuan kini digelar di Situbondo, Jawa Timur. Festival daerah yang bertajuk Pranata Adat, Budaya, dan Forum Perdamaian ini berlangsung di Alun-alun Kabupaten Situbondo.
Festival tersebut diisi dengan berbagai kegiatan pertunjukan kesenian Nusantara seperti pentas tari landung, pertunjukan wayang kerte, dolanan bocah, pawai seni ancak, pertunjukan kesenian ohjung Situbondo, pawai petik laut hingga best Situbondo Carnaval.
Uniknya dalam festival itu juga dipertontonkan arak-arakan komantan korong (pengantin kurung). Kegiatan ritual adat khas Situbondo ini biasanya hanya dilakukan pada sebuah acara pernikahan.
Pengantin laki-laki dimasukkan ke dalam kurungan kemudian diarak mengelilingi sejumlah desa yang tersebar di daerah tersebut. Ritual Komantan Korong ini dilakukan sebagai simbol agar kehidupan keluarga mereka bahagia serta menjadi keluarga sakinah. Pengantin laki-laki yang dimasukkan ke dalam kurungan didoakan tak berselingkuh dengan perempuan lain.
Tak hanya itu, festival juga diisi dengan kegiatan pameran usaha kecil dan menengah (UKM), revitalisasi sarana dan prasarana olahraga desa, deklarasi perdamaian, dan berbagai macam kegiatan lintas lembaga dan kementerian.
Dari rilis yang diterima VIVA, Senin 24 Juni 2019, Direktur Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu) Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT), Aisyah Gamawati mengatakan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong penguatan komitmen perdamaian pada masyarakat dengan berbasiskan pada nilai-nilai keragaman budaya bangsa.
“Kegiatan ini untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan perdamaian di Indonesia yang berbasiskan pada nilai-nilai keragaman bangsa dan budaya setempat sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial,” ujar Aisyah saat pembukaan Festival Pranata Adat dan Budaya, dan Forum Perdamaian di Alun-alun Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Sabtu, 22 Juni 2019.
Tak hanya di Situbondo, acara tersebut juga berlangsung di sejumlah daerah seperti Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, dan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Sebelum festival digelar, terlebih dahulu diawali dengan kegiatan gelaran rapat koordinasi tentang penanganan konflik sosial yang dimotori oleh Asisten Deputi Konflik Sosial Kemenko PMK, dan dilanjutkan dengan dialog nasional, kemudian forum perdamaian yang menghadirkan sejumlah tokoh lintas agama dan kelompok-kelompok masyarakat di Situbondo, seperti dari Forum Kerukunan Umat Beragama, Forum Pembaruan Kebangsaan, Pemuda Anshor, Pagar Nusa, Pemuda Katolik, Pemuda Hindu, dan Pemuda Kristen.
“Di setiap rangkaian kegiatan Festival Pranata Adat dan Budaya yang kami selenggarakan selalu didahului dengan Forum Perdamaian dari masyarakat setempat,” ujarnya.
Menurut Aisyah, rangkaian kegiatan di berbagai wilayah ini sudah digelar oleh Kemendesa PDTT sejak 2015 silam.
Sejak awal festival digelar, sekitar 4000 peserta dari berbagai kelompok masyarakat desa di Kabupaten Situbondo hadir dan meramaikan acara.
Acara ini juga dihadiri sejumlah tokoh seperti Bupati Situbondo, Dadang Sugiarto S.H, Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah setempat, Asisten Deputi Konflik Sosial, Kemenko PMK, Direktur Perlindungan Sosial, Korban Bencana Sosial, Kementerian Sosial, serta perwakilan unit kerja di lingkungan Kemendesa PDTT.