Menelisik Kekayaan Naskah dan Alquran Kuno Banyuwangi
![Pameran Naskah dan Alquran Kuno oleh Komunitas Pegon di SMP Unggulan Al-Anwari, Kertosari, Banyuwangi. (FOTO: Roghib Mabrur/TIMES Indonesia)](https://thumb.viva.co.id/media/frontend/thumbs3/2019/05/24/5ce799fc5456b-menelisik-kekayaan-naskah-dan-alquran-kuno-banyuwangi_665_374.jpg)
- timesindonesia
Selain itu tak hanya pameran Quran kuno semata, namun juga dilakukan pentashihan (koreksi) al-Quran kuno oleh para hafidz (penghafal quran) yang mengajar di SMP Unggulan Al-Anwari. Hal ini untuk memastikan akurasi Quran kuno yang ditulis tangan tersebut.
"Kita bandingkan dengan Quran yang telah ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf Quran (LPMQ) Kementerian Agama Republik Indonesia," ujar salah satu tim pentashih, Ustaz Afifi.Â
Sebagaimana diketahui, LPMQ baru terbentuk pada 1957. Baru setelah itu, Quran di Indonesia mengalami standarisasi. "Dari pembacaan kita, memang ada sejumlah kekeliruan," terang Afifi.
Pada surat al-Baqarah, misalnya, ada sejumlah kesalahan. Seperti pada ayat ke-143 Â yang seharusnya ditulis "al-rasulu", malah tertulis "rasula". Pada ayat ke-153 juga demikian. Seharusnya tertulis "ash-shafa" dengan huruf "shalat". Bukan "as-safa" dengan "sin" sebagaimana yang tertera di mushaf karya Mas Ahmad bin Mas Mangun Sastra Banyuwangi.
Kesalahan demikian, imbuh anggota tim yang lain Ustaz Irfan, bisa jadi karena keterbatasan penulis dalam penguasaan gramatika bahasa Arab, seperti halnya ilmu nahwu dan sharaf. Sehingga silap terhadap detail Quran.
"Namun, kesalahan-kesalahan kecil demikian relatif wajar. Karena ditulis tangan. Jadi, bisa dimaklumi," imbuh Irfan.
Pentashihan Quran kuno tersebut, direncanakan hingga tuntas. Sehingga bisa diukur sejauh mana tingkat keakurasiannya. Ayung menegaskan Bukan bermaksud mengkoreksi kesalahan para ulama terdahulu, tapi untuk mempelajari perkembangan penulisan Quran itu sendiri. (*)