Kampung Budaya Polowijen Gelar Ritual Doa Topeng Nusantara
- timesindonesia
"Dibutuhkan kearifan dan sikap bijak saling memotivasi dan memfasilitasi agar seni tradisi yang merupakan hasil cipta karya dan karsa lestari selamanya," ujar Robby.
Menurut Robby momen Hari Tari Sedunia merupakan saatnya untuk mengajak semua kalangan lebih dekat dengan seni tradisi lokal. Tugasnya adalah mewarisi dan melestarikannya.
"Turut berpartisipasinya anak-anak dan kaum milenial pada event kali ini sebagai wujud nyata mulai sadar tentang tari sebagai salah satu warisan luhur Nusantara," ujar dosen tari Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra UNM ini.
Hari Tari Sedunia yang digelar di Polowijen ini dimeriahkan ratusan penari yang mementaskan mulai tari topeng, tari tradisional, tari kreasi, dan masih banyak lagi. Tampak hadir pula penari klasik transgender Nyai Dadak Purwo.
Gelaran ritual diawali dengan semua para penari membawa topeng dari KBP berjalan menuju sumur windu Ken Dedes menjemput Nyai Dadak Purwo kemudian diarak menuju KBP. Sesampai di KBP semua penari diajak menggelar doa topeng-topeng nusantara, antara lain topeng dari Cirebon, Jogjakarta, Madiun, Ponorogo, Malang, Sumenep, Situbondo dan Bali.
Dalam gelaran Doa Topeng Nusantara, semua penari juga diajak nyekar ke makam Ki Tjondro Suwono (Buyut Reni) sang empu topeng Malang, kemudian menari bersama tari topeng Ragil Kuning yang menjadi ciri khas tari topeng di Kampung Budaya Poliwijen. (*)