Punya Sejarah Kelam, Pemerintah Inggris Ingatkan Turis di Sri Lanka
- NDTV
VIVA – Ledakan di tiga gereja Sri Lanka pada Minggu, 21 April 2019 kemarin masih menyisakan duka mendalam. Tercatat hingga kini lebih dari 200 korban jiwa, di antaranya merupakan warga asing.
Hotel-hotel mewah seperti Shangti-La Hotel, Cinnamon Grand Hotel dan Kingsburry Hotel yang semuanya berlokasi di Colombo dan cukup terkenal di antara turis juga menjadi target pemboman.
Dilansir ABCnews, sebelum kejadian ini, Sri Lanka memang menjadi salah satu lokasi paling berbahaya di dunia untuk serangan teroris. Tak hanya itu, di negara ini perang saudara juga telah berkecamuk selama berabad-abad antara pemerintah yang berkuasa dengan pemberontak Liberation Tigers of Tamil Eelam (Tamil Tigers atau LTTE).
Meski perang secara resmi berakhir pada tahun 2009, tapi beberapa konflik hingga saat ini masih berlanjut. Dari data PBB, sebanyak 100 ribu orang terbunuh dalam perang saudara tersebut dari tahun 1982 hingga 2009. Itu sebabnya pemerintah Inggris memperingatkan para wisatawan akan risiko tersebut jika mengunjungi Sri Lanka.
"Serangan teroris di Sri Lanka tidak bisa dikesampingkan. Serangan bisa dilakukan sembarangan, termasuk di tempat-tempat yang dikunjungi oleh orang asing," tulis pemerintah Inggris dalam situsnya.
Sementara Amerika Serikat memasukkan Sri Lanka dalam daftar negara level 1 dengan tingkat risiko terendah, yang memperingatkan wisatawan untuk melakukan tindakan pencegahan normal.
Pengamanan di Sri Lanka termasuk bandara internasional Kolombo sendiri tengah ditingkatkan. Pihak berwenang juga memberlakukan jam malam nasional dari pukul 18.00 hingga 06.00 waktu setempat dan secara temporer menutup media sosial dan layanan pengiriman pesan, termasuk Facebook dan WhatsApp untuk membatasi apa yang oleh pejabat pemerintah gambarkan sebagai penyebaran informasi yang salah. (rna)