Harga Makin Murah, Milenial Pilih Liburan di Kapal Pesiar
- VIVA.co.id/Adinda Permatasari
VIVA – Melakukan perjalanan liburan jauh, namun dengan suasana yang santai dan dikelilingi fasilitas kelas atas di kapal pesiar kian menjadi favorit kalangan pelancong Indonesia. Salah satu operator kapal pesiar terkemuka di dunia Princess Cruises mengungkapkan, angka wisatawan Indonesia yang berpesiar pada tahun 2017 mencapai 46.700 orang atau tumbuh 40 persen dari 2016 sebanyak 33.200 orang.
Dari 46 ribu lebih wisatawan tersebut, 28 persen di antaranya adalah kaum milenial. Ya, kesan pelesiran mewah dengan harga 'wah' menggunakan kapal pesiar kini sudah mulai memudar. Berpesiar pun tak lagi didominasi wisatawan usia tua aman dalam hal finansial.
Direktur Asia Tenggara Princess Cruises Farriek Tawfik mengatakan, paket dengan harga termurah untuk pesiar di Princess Cruises sekitar 400 dolar Singapura atau sekitar Rp4,2 juta. Untuk kelas suites, harganya berkisar 2.000-3.000 dolar Singapura atau sekitar Rp20,9-Rp31 juta.
Menurut Farriek, harga berpesiar saat ini memang turun hampir 50 persen dibanding beberapa tahun lalu. Alasannya, kapal-kapal pesiar di awal tahun 1990-an berukuran kecil, sehingga hanya mampu menampung sedikit penumpang.
"Sekarang kapal sudah semakin besar, kapasitas banyak. Kalau suplai banyak, harganya akan jatuh," ujar Farriek kepada VIVA saat memperkenalkan armada terbaru Princess Cruises, Majestic Cruises di Marina Bay, Singapura, akhir pekan lalu.
Itu sebabnya, banyak milenial yang mulai melirik ikut pesiar karena harganya yang sudah mulai terjangkau. Hanya saja, yang menjadi kendala kaum milenial adalah jumlah masa cuti bekerja yang terbatas. Biasanya, berpesiar membutuhkan waktu yang cukup panjang agar bisa menikmati perjalanan seutuhnya dan singgah di lebih banyak negara.
Namun, bagi milenial, mereka lebih memilih waktu pesiar yang pendek sekitar 3-4 hari saja. Padahal, dalam waktu yang singkat itu mereka belum tentu bisa cukup menjelajah kapal pesiar yang luasnya hampir sama dengan tiga kali lapangan sepak bola.
Farriek juga mengungkap kebiasaan wisatawan Indonesia dalam berpesiar adalah selalu dalam kelompok besar bersama keluarga atau teman. Seringkali, mereka bisa memesan 5-10 kamar dalam sekali perjalanan.
Semakin banyaknya orang Indonesia berpesiar, salah satunya disebabkan sudah mulai berkurangnya kendala berbahasa. Kini, anak-anak yang lebih muda sudah lebih fasih berbahasa Inggris, sehingga bisa mengajak orangtuanya dan merasa lebih percaya diri melakukan perjalanan. (ldp)