Asal-usul Emas di Kubah Masjid Dian Al Mahri
- VIVA/Zahrul Darmawan
VIVA – Hajah Dian Djuariah Maimun Al Rasyid pendiri Masjid Dian Al Mahri atau yang populer disebut dengan Masjid Kubah Emas, menghembuskan nafas terakhir pada Jumat dini hari, 29 Maret 2019.
Kepergian almarhumah menyisakan duka tidak hanya bagi keluarga namun sejumlah warga sekitar. Sosoknya yang ramah dan dermawan, membuat Dian banyak dicintai oleh orang sekitar. Hal ini terlihat dari ramainya jemaah yang mengantar almarhumah ke tempat peristirahatan terakhir, di area depan masjid tersebut.
Hal ini sesuai dengan wasiat almarhumah sebelum menjemput ajal. Meski telah meninggal dunia, namun kebaikan Dian masih terasa sampai saat ini. Ya, belakangan diketahui, Dian ternyata juga mewakafkan sejumlah tanahnya untuk didirikan masjid. Salah satunya yang cukup tersohor akan kemegahannya adalah Masjid Dian Al Mahri atau yang biasa disebut Masjid Kubah Emas, di Jalan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok, Jawa Barat.
Dian sendiri adalah pengusaha asal Banten. Ia membeli tanah di kawasan itu pada tahun 1996. Kemudian masjid itu mulai dibangun sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid Kubah Emas itu dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha yang kedua kalinya pada tahun itu.Â
Dengan luas kawasan 50 hektare, bangunan masjid menempati luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8.000 meter persegi. Masjid tersebut dapat menampung sekitar kurang lebih 20.000 jemaah. Maka tak heran jika masjid itu disebut-sebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara
Jangan Mengingat Sedekah
Masjid Dian Al Mahri atau Masjid Kubah Emas memiliki lima kubah. Satu kubah utama dan empat kubah kecil. Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal dua sampai tiga milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal.Â
Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter. Selain itu di dalam masjid ini terdapat lampu gantung yang didatangkan langsung dari Italia seberat 8 ton.
Selain itu, relief hiasan di atas tempat imam juga terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.Â
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.Â
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam atau heksagonal, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter.Â
Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India.
Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia. Pada bagian interiornya, masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung.Â
Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia.
Meski demikian, Dian ternyata tak ingin anak keturunannya mengingat besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membangun tempat ibadah tersebut. Hal itu diungkapkan oleh Ratu Ayu Novianti, anak kedelapan almarhumah.Â
Dikatakan Ratu, sang ibu memiliki prinsip, masjid harus lebih bagus dari tempat tinggalnya.Â
"Beliau selalu membuat masjid di beberapa tempat, dia membangun rumah Allah di mana-mana. Nah uniknya kami sebagai anak-anaknya tidak boleh menghitung apa yang sudah kita keluarkan atau diberikan jadi setelah dikeluarkan kami tidak boleh mengingat lagi," katanya belum lama ini.
"Yang saya tahu emasnya dari Italia, total saya lupa material impor dari Brazil berapa kilonya sudah lupa karena kami anak-anaknya ya sudah apa yang dibuat tidak dipikirkan lagi, yang penting kita yang menjaga dan merawatnya," ujarnya menambahkan.
Salah satu pesan terakhir yang disampaikan almarhumah, kata Ratu, adalah ingin dimakamkan di halaman depan Masjid Kubah Emas.
"Beliau punya beberapa taman wakaf namun beliau ingin ketika sudah dipanggil Allah ingin dimakamkan di belakang mimbar atau depan masjid sini. Ini keinginan ibu mungkin beliau ingin dekat dengan masjid dan ingin selalu dekat dengan rumah Allah."
Dian menghembuskan nafas terakhirnya sekira pukul 02:30 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah akibat sakit paru-paru. Ia meninggalkan seorang suami, 14 anak, dan 38 cucu. (mus)