Tak Ada Penerbangan, Kunjungan Wisatawan ke Sabang Menurun
- Pixabay
VIVA – Akhir tahun 2018, tiga maskapai penerbangan berhenti beroperasi di Sabang. Akibatnya, kunjungan wisatawan ke Sabang turun drastis.
Saat ini, Sabang memiliki Bandara Maimun Saleh. Hanya saja, lapangan terbang ini merupakan fasilitas militer TNI Angkatan Laut yang dulunya hanya disinggahi oleh tiga maskapai, yakni Garuda Indonesia, Susi Air, dan Wings Air.
Karenanya, pemerintah setempat sedang menyiapkan pembangunan bandara baru. Agar daerah ini dapat disinggahi lebih banyak maskapai yang membawa para pelancong mancanegara agar bisa langsung ke Sabang.
Wali Kota Sabang, Nazaruddin tak menampik, berhentinya tiga maskapai penerbangan itu membuat wisatawan yang hendak ke Sabang menurun. Apalagi, pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan ke Sabang semakin merosot.
"Ini sangat mengganggu kunjungan wisatawan (tanpa ada penerbangan). Alat transportasi termudah sekarang ya pesawat, bandara sekarang juga tidak cukup untuk landing pesawat besar," kata Nazaruddin usai membuka Festival Kenduri Laot di pelabuhan Container Terminal 3 Badan Pengusahaan Kawasan Sabang, Sabtu, 30 Maret 2019.
Ia juga tidak mengetahui kenapa maskapai seperti Garuda tiba-tiba memutuskan rute ke Sabang. Menurutnya, persentase penumpang maskapai itu ke Sabang selalu naik hingga 70 persen.
Maskapai yang berhenti beroperasi itu tentu berdampak pada sektor pariwisata di Sabang. Meski begitu, pihaknya sudah mengusulkan pembangunan bandara baru. Dan pembangunan itu, sudah disetujui oleh empat kementerian yaitu, Kementerian Pariwisata, Kemenko Maritim, Kementerian Perhubungan, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Bahkan, berhentinya beroperasi pesawat itu, sempat membuat Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan marah. Saat itu, ia menyesalkan sikap maskapai yang tidak lagi melayani rute ke Sabang.
"Kemarin sudah kami sampaikan ke Pak Luhut, dia terkejut dan sempat marah kok bisa penerbangan ke Sabang tidak ada," ujar Nazaruddin.
Kepala Dinas Pariwisata Sabang, Faisal juga merasakan dampak kunjungan wisatawan ke Sabang yang kian menurun. Padahal, Sabang memiliki event wisata unggulan setiap tahunnya.
Biasanya, kata Faisal, wisatawan China selalu menggunakan transportasi udara jika ke Sabang. Sebab, mereka tidak mau menghabiskan waktu terlalu lama di perjalanan.
Kini, jika harus ke Sabang, wisatawan harus turun dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, lalu dilanjutkan dengan menyeberang dengan kapal, yang memakan waktu sekitar 1 jam dari pelabuhan Ulee Lheue.
"Jika tidak ada bandara di Sabang, kunjungan wisatawan bakal tergerus," kata Faisal.