Masyarakat Tengger Wajib Tanam Bunga Abadi demi Edelweis Mendunia

Bunga edelweis, bunga endemik Gunung Bromo dan Gunung Semeru
Sumber :
  • Bbksdajatim.org

VIVA – Warga suku Tengger yang hidup di kawasan Gunung Bromo dan Gunung Semeru diwajibkan menanam bunga edelweis di rumah masing-masing. Jenis bunga berjuluk bunga abadi yang diwajibkan ialah Anaphalis javanica atau dengan nama lokal kembang tana layu.

Semeru Erupsi Setinggi 500 Meter, Masyarakat Diingatkan Bahaya Lontaran Batu Pijar

Kewajiban menanam itu didasari dua alasan. Pertama, mencegah kepunahan edelweis, karena bunga berstatus dilindungi sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kedua, sebagai upaya mendukung keberadaan desa wisata, yaitu Desa Edelweis, di dua desa di Kabupaten Pasuruan dan Desa Ngadisari di Kabupaten Probolinggo.

Sebagaimana diungkapkan Iksan, Kepala Desa Wonokitri (satu di antara dua desa yang ditetapkan sebagai Desa Edelweis), satu rumah tangga di desa itu wajib menanam sedikitnya tiga pohon edelweis. Jenisnya sesungguhnya boleh macam-macam tetapi yang diutamakan ialah Anaphalis javanica.

Semeru Beberapa Kali Erupsi, Masyarakat Diingatkan Waspada Lontaran Batu Pijar

Bunga edelweis Anaphalis javanica sempat dinyatakan punah karena sering dipetik dan terbakar akibat kebakaran hutan. Bagi suku Tengger, bunga edelweis adalah bunga wajib yang harus disertakan dalam setiap acara upacara atau peribadatan.

Bunga edelweis, bunga endemik Gunung Bromo dan Gunung Semeru

Dirjen Bina Pemdes Kemendagri Minta Berbagai Pihak Kolaborasi Untuk Majukan Desa

Kini, untuk mencegah kepunahan, di setiap pekarangan rumah warga suku Tengger wajib memiliki tanaman edelweis. Bibit bunga dibagikan oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui kelompok tani warga setempat.

Supoyo, anggota DPRD Kabupaten Probolinggo menjelaskan, bahwa bunga edelweis sangat penting bagi kehidupan masyarakat Tengger. Edelweis bagian dari sesajen masyarakat setempat.

"Karena bunga ini untuk kepentingan ritual, terutama Hari Raya Karo, sesuai tanggal Karo. Pasti masyarakat butuh edelweis. Jadi bukan hanya pajangan; edelweis ini masuk dalam sesajen dan begitu penting bagi kami," ujar Supoyo, yang juga suami Kepala Desa Ngadisari (satu desa lain yang ditetapkan sebagai Desa Edelweis).

Desa Edelweis

Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menetapkan dua desa, yaitu Desa Wonokitri di Kabupaten Pasuruan dan Desa Ngadisari di Kabupaten Probolinggo, sebagai Desa Wisata Edelweis. Kedua desa, selain berfungsi sebagai desa wisata, juga untuk memecah konsentrasi wisatawan yang berwisata ke Bromo atau Semeru.

"Bunga edelweis adalah bunga sakral bagi mereka. Kita siapkan dua desa wisata edelweis terbesar di dunia. Dua alternatif wisata ini untuk memecah konsentrasi wisatawan agar tidak terfokus di Gunung Bromo," kata John Kenedie, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Kunjungan wisatawan di Bromo atau Semeru, kata John, mencapai 1.500-2.000 orang per hari. Jumlah ini membuat penumpukan di beberapa titik, di antaranya, Penanjakan, Bukit Cinta, juga di kawah Gunung Bromo.

Dia mencontohkan betapa beberapa kawasan sering padat pengunjung di waktu-waktu tertentu, seperti Penanjakan, yang sesungguhnya berkapasitas 300 orang tapi kini 500 orang per hari. Begitu pula di kawah Bromo dan Bukit Cinta.

“Untuk pendakian Gunung Semeru juga kita (batasi dengan) kuota 600 orang per hari. Bagaimana memecah, salah satunya membuat alternatif desa wisata agar tidak menumpuk di Bromo," katanya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya