Tak Lagi Terlarang, Bunga Abadi Endemik Bromo dan Semeru Boleh Dipetik

Bunga edelweis yang mekar di resort Cemara lawang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dyah Pitaloka

VIVA – Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru membangun wisata Desa Edelweis terbesar di dunia dan direncanakan diresmikan pada 10 November 2018. Ada dua desa yang menjadi desa wisata, yakni Desa Wonokitri di Kabupaten Pasuruan dan Desa Ngadisari di Kabupaten Probolinggo.

Sejahterakan Desa, Khofifah Terima Anugerah Figur Akselerator Kemajuan Jatim

Alasan budidaya edelweis karena bunga yang disebut bunga abadi itu adalah endemik asli Tengger, kawasan di Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Bunga itu selama ini selalu dijadikan komponen ritual upacara oleh masyarakat Hindu di Tengger.

“Kita jadikan Wonokitri dan Ngadisari sebagai satu-satunya tempat wisata edelweis terbesar di dunia," kata John Kenedie, kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Pemuda Katolik Gelar Doa Bersama Agar Pilkada Serentak Besok Damai dan Rukun

Selama ini, John mengatakan, edelweis menjadi bunga terlarang bagi wisatawan. Sebab, para turis dilarang keras memetik atau membawa edelweis pulang. Untuk itu, edelweis menjadi bunga yang paling dilindungi di kawasan taman nasional.

Tapi setelah budidaya edelweis oleh masyarakat desa, bunga itu boleh dibawa pulang atau diperjualbelikan. Para wisatawan diizinkan membeli bunga edelweis kepada kelompok tani pembudidaya, meski di kawasan yang dilarang memetik.

Anti Mainstream! Objek Wisata Ini Berada di ketinggian 5.000 Kaki, Pecinta Petualangan Wajib Coba

Edelweis memang menjadi bunga paling dicari oleh wisatawan. Bunga itu dianggap sebagai lambang kesetiaan. Banyak sepasang kekasih yang memburu bunga edelweis jika berkunjung ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

"Kalau untuk masyarakat Tengger, kegunaan edelweis sebagai acara ibadah dan upacara. Kalau wisatawan, biasanya sepasang kekasih menggunakan edelweis sebagai simbol kesetiaan," ujar John.

Ada 5.400 bibit edelweis yang dibagikan Balai Besar Taman Nasional kepada perangkat Desa Wonokitri dan Ngadisari. Bibit-bibit itu akan ditanam di sepanjang desa. Aparat desa juga membuat lokasi khusus menyerupai taman yang akan digunakan sebagai tempat berswafoto bagi wisatawan.

"Harapannya, wisatawan tidak hanya melihat keindahan alam Gunung Bromo, tapi juga ke taman edelweis. Ini juga dalam rangka pengembangan ekonomi desa," kata John.

Salah satu jenis edelweis, yakni, Anaphalis javanica, atau dengan nama lokal kembang tana layu, ditetapkan sebagai tanaman dilindungi sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Taman Nasional itu menjadi habitat edelweis; di tempat ini edelweis tumbuh subur.

Ada tiga jenis edelweis yang tumbuh di Taman Nasional, yakni, Anaphalis javanica, Anaphalis visida, dan Anaphalis longifolia. Dua nama terakhir tidak masuk kategori tumbuhan dilindungi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya