Jalan-jalan Ke Kampung Sasak Lombok Tengah
- VIVA/ Nur Faishal/ Surabaya
VIVA – Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, tidak hanya terkenal dengan pesona alamnya. Budaya dan tradisi masyarakatnya juga unik dan menarik untuk dikunjungi.
Yang terkenal ialah, budaya dan tradisi masyarakat asli Lombok, Suku Sasak. Eits, blusukan ke kampung-kampung mereka ada gadis rupawannya juga, lho...
Perempuan muda bersarung tenun itu memperkenalkan diri dengan nama Muli. Berdiri di sisi lapak kayu berisi perhiasan gelang dan kalung di pinggir jalan sempit, gadis 17 tahun itu menyapa sambil menawarkan dagangan. "Gelangnya, Mas, buat oleh-oleh," kata Muli dengan logat Lombok saat VIVA blusukan di Kampung Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, NTB, awal pekan lalu.
Muli menjelaskan ragam perhiasan dagangannya dengan bahasa ramah. Senyum tak dibiarkannya berhenti kala berbicara. Lesung pipit terlukis di pipi bulatnya, menambah keelokan rupa gadis yang mengaku sudah tak sekolah itu. "Gelangnya murah-murah, Mas," tandasnya.
Muli adalah satu dari perempuan yang menjajakan tenun, perhiasan dan produk kerajinan khas lainnya di sepanjang jalan-jalan sempit Kampung Sade. Kampung ini adalah satu di antara beberapa kampung-kampung adat Sasak di Pulau Lombok. Kampung Sade sesak dengan rumah-rumah khas Sasak, memenuhi punuk bukit dari kaki sampai puncak.
Ciri khas Kampung Sade ialah rumah-rumahnya. Semua rumah warga berdinding bambu atau gedek dan beratap alang-alang. Tinggi dinding rumah tak seberapa tinggi. Cukup untuk pria dewasa berdiri. Atap rumahnya lah yang dibuat luas dan tinggi.
"(Rumah adat) di sini namanya Bale Gunung Rate atau Bale Tani. Atapnya dari alang-alang, tahan tujuh tahun," kata pemuda setempat, Ditok (28), kepada VIVA.
Di beberapa titik jalan, berdiri semacam gazebo dengan bentuk atap khas. Semacam tempat atau pos duduk-duduk bagi pengunjung yang blusukan. Di bagian atas perkampungan, sebuah masjid terbuat dari kayu dan beratap alang-alang berdiri. Masjid itu satu-satunya bangunan paling besar ukurannya dari rumah-rumah warga.
Atap masjid berbentuk cungkup lapis tiga. "Di sini mayoritas warganya Muslim," kata seorang pria warga setempat ditanya soal keberadaan masjid tersebut.
Selain menjajakan dagangan, para perempuan di sini juga menenun. Hasilnya dijual ke pengunjung melalui toko-toko sederhana di jalan sempit perkampungan. Wisatawan bisa belajar menenun di sini. VIVA melihat beberapa turis asing belajar menenun kepada warga setempat.
Di Lombok, tenun yang terkenal ialah songket. Soal motif, yang paling dikenal ialah motif Subahnaleh. Selain di Kampung Sasak, kain tenun juga banyak dijajakan warga di tempat-tempat wisata pantai, seperti di Mandalika. Di Mandalika, tenun dijual pedagang asongan dengan harga murah. Bila pandai menawar, Rp100 ribu Anda bisa memborong lima lembar kain tenun sekaligus. (ren)