5 Wisata Religi di Banda Aceh, Bisa Sekalian Ngabuburit Nih
- VIVA/Dani Randi
VIVA – Aceh tidak hanya terkenal dengan alam dan kulinernya semata, tetapi juga banyak lokasi wisata religi yang bisa jadi pilihan alternatif di kala bulan suci Ramadan.
Salah satunya adalah berwisata religi dengan mengunjungi masjid-masjid indah yang ada di berbagai wilayah di Kota Banda Aceh. Jika kamu tinggal di sekitar daerah tersebut, tak ada salahnya mampir dan menikmati keindahan masjid-masjid cantik tersebut.
Tak hanya indah, sederet masjid berikut ini juga didesain senyaman mungkin untuk tempat beribadah. Bangunan masjidnya pun memiliki gaya arsitektur yang menakjubkan dan punya nilai sejarah yang begitu tinggi.
Fasilitas-fasilitasnya juga sangat lengkap dan keren. Berikut lima masjid yang bisa dijadikan wisata religi di Kota Banda Aceh sekalian untuk menunggu waktu buka puasa alias ngabuburit.
1.Masjid Raya Baiturrahman
Masjid terbesar di Aceh ini menjadi ikon Provinsi Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Kesultanan Iskandar Muda pada tahun 1022/1612 M. Bangunan tempat ibadan ini mempunyai sejarah panjang pada masa penjajahan Belanda.
Dahulunya Masjid Baiturrahman merupakan salah satu pusat pembelajaran tentang ajaran Islam. Masjid Raya Baiturrahman juga menjadi sejarah bagi masyarakat Aceh sejak peristiwa tsunami 11 tahun silam. Masjid ini selamat dari guncangan gempa dan gelombag tsunami, ribuan masyarakat kota Banda Aceh yang berlari ke dalam masjid ikut selamat.
Masjid Raya Baiturrahman menjadi objek wisata religi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Masjid ini menjadi pilihan utama setiap pengunjung setiba di kota Banda Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman juga termasuk salah satu Masjid terindah di Indonesia yang memiliki arsitektur memukau dengan ukiran menarik dan halaman yang luas dengan kolam pancuran air bergaya Kesultanan Turki Utsmani, ditambah dengan 12 unit payung elektrik yang menyerupai Masjid Nabawi di Mekah. Masjid ini terletak di pusat kota Banda Aceh dan diresmikan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Mei 2017 lalu.
2. Masjid Baiturrahim Ulee Lheue
Masjid ini juga merupakan salah satu masjid bersejarah peninggalan Sultan Aceh pada abad ke-17. Pada saat itu, Masjid Baiturrahim bernama Masjid Jami’ Ulee Lheu. Namun pada tahun 1873 ketika Masjid Raya Baiturrahman dibakar Belanda, semua jemaah masjid terpaksa melakukan salat Jumat di Ulee Lheue.
Dan sejak saat itulah masjid ini berubah nama menjadi Masjid Baiturrahim. Dahulu bangunan masjid ini terbuat dari kayu hingga pada tahun 1922 pemerintah Hindia Belanda membangun Mesjid Baiturrahim dengan material permanen berarsitektur Eropa dan berkaligrafi ejaan Arab Jawi namun masjid ini tidak berkubah layaknya mesjid lainnya.
Masjid Baiturrahim terletak di sudut kota Banda Aceh, Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa. Masjid ini juga menjadi catatan sejarah dalam tsunami Aceh 24 November 2004 silam, di mana masjid yang terletak di bibir pantai laut Ule Lheue tersebut selamat dari amukan gelombang tsunami. Hingga kini, Masjid Baiturrahim menjadi masjid kedua yang paling banyak dikunjungi wisatawan setelah masjid Raya Baiturrahman.
3. Masjid Teungku Di Anjong
Masjid ini didirikan oleh Sayyid Abu Bakar bin Husin Bafaqih pada abad ke-18 sekitar tahun 1769 M. Ia seorang ulama dari Arab yang mengembara untuk mendakwahkan ajaran Islam, sehingga dia dianggap sebagai orang keramat dan mendapatkan gelar Teungku di Anjong.
Masjid Teungku Di Anjong terletak di Gampong Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja atau di lembang Krueng (sungai) Aceh. Di perkarangan masjid dahulunya ada pondok pesantren untuk menimba ilmu pengetahuan Islam.
Para santri yang belajar ke sana tidak hanya berasal dari Aceh tetapi juga dari negeri jiran Malaysia. Selain itu, tempat ini juga dijadikan sebagai tempat menasik haji bagi jemaah yang datang dari berbagai wilayah di Nusantara. Bangunan masjid ini dahulunya dibangun dengan menggunakan bahan kayu berbentuk segi tiga memanjang ke atas serta mempunyai tiga lantai.
Masjid Teungku di Anjong yang berada sekitar 2,5 meter dari bibir pantai ini lenyap disapu gelombang tsunami pada 25 Desember 2004 lalu . Sehingga menghancurkan bangunan dan juga peninggalan ulama yang tersimpan di dalam masjid seperti kitab-kitab.
Namun setelah tsunami menyapu bersih, Masjid Teungku Di Anjong dibangun kembali oleh warga tanpa mengubah bentuk aslinya. Di sekitaran pekarangan masjid juga dibangun monumen untuk mengenang para warga Gampong Pelanggahan yang terkena korban tsunami 10 tahun silam.
4. Masjid Tuha Indrapuri
Masjid ini dahulunya merupakan candi yang didirikan oleh orang Hindu di Aceh, kemudian dihancurkan setelah masuk dan berkembangnya agama Islam. Di atas reruntuhan candi tersebut, selanjutnya dibangun masjid yang diberi nama Masjid Indrapuri oleh Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1607-1636.
Indrapuri adalah kerajaan yang pernah didirikan oleh orang-orang Hindu di Aceh. Masjid dengan atap tiga lapis ini menjadi bukti sejarah yang utuh bagi masyarakat Aceh, khususnya warga Aceh Besar. Masjid Indrapuri terletak di Desa Pasar Indrapuri, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Lokasi masjid tidak jauh dari jalan raya Banda Aceh-Medan, kurang lebih sekitar 100 meter memasuki persimpangan pasar Indrapuri.
Seluruh bangunan berkontruksi kayu dengan beberapa ukiran tradisional bernuansa Arab. Masjid beratap tumpang ini dibangun di atas tembok undakan empat lapis yang terbuat dari batu kapur bercampur tanah liat.
Untuk masuk ke dalam masjid, para jemaah atau pengunjung harus melewati pintu utama, tepatnya di sebelah timur masjid. Di depan pintu masuk terdapat kulah atau kolam tempat penampungan air yang digunakan masyarakat sekitar untuk berwudu.
5. Masjid Tuha Ulee Kareng
Masjid ini bisa dikatakan hampir menyerupai masjid seperti Tengku Di Anjong dan Masjid Tuha Indrapuri. Hanya saja, masjid ini memiliki pekarangan kecil dibanding dengan kedua masjid tersebut. Masjid ini didirikan oleh Sayyid Al Mahalli, seorang ulama dari Arab. Beliau datang bersama anaknya dan Tengku Di Anjong untuk mensyiarkan ajaran Islam.
Kebanyakan orang mungkin masih belum mengetahui keberadaan masjid bersejarah ini. Dan untuk menuju ke masjid anda harus memasuki lorong kecil simpang tujuh Kecamatan Ulee Kareng. Masjid tepat berada di depan MIN 1 Ulee Kareng.
Sekitar pekarangan masjid terdapat pula beberapa makam, yang diyakini makam para ulama dan Tengku di Desa Ulee Kareeng. Bangunan masjid ini masih berkonstruksi kayu, dengan delapan tiang yang menjadi penampang.
Bangunannya juga masih beraksitektur alami dan masjid ini sangat tepat dijadikan salah satu objek wisata sejarah. Dengan nuansa klasik di pedesaan, rindangnya pohon yang berada di sekitaran masjid membuat udara begitu dingin dan nyaman ketika Anda masuk ke dalam. (ms)
Â