Kenduri Laot Festival di Sabang Pukau Turis Asing

Kenduri Laot Festival 2018
Sumber :
  • VIVA/Dani Randi

VIVA – Kenduri Laot Festival 2018 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Sabang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara.

‘Aceh Halal Tourism’, Branding Baru Pariwisata Aceh

Puluhan turis dari berbagai negara menikmati sajian Kenduri Laot yang berlangsung di Pelabuhan CT 3 Gampong Kuta Timur, Kecamatan Suka karya, Sabang, Sabtu 28 April 2018.

Turis yang hadir dari Kanada, Amerika Serikat, Selandia Baru, Australia dan Jerman. Mereka terlihat terpukau dengan sejumlah atraksi dan tarian tradisional yang disuguhkan pada pembukaan Kenduri Laot Festival. Para turis ini pun tak lupa mengabadikan momen langka yang disaksikannya.

Mampir Yuk ke Buntul Rintis, Tempat Wisata yang Instagramable di Aceh

Saat penampilan tari Tarik Pukat di depan panggung, sejumlah turis, warga dan wisatawan lokal langsung berkerumun mendekat ke depan panggung. Tari Tarik Pukat menceritakan tentang laki-laki melaut untuk mencari ikan. Sedangkan istrinya di rumah mendoakan agar suaminya dan saudaranya selamat saat sedang mencari ikan di laut.

Pengunjung dari beberapa negara lebih 30 orang di tribun depan panggung langsung menuju ke lokasi kapal untuk menyaksikan proses adat Tepung Tawar (Peusijuk).

7 Wisata Aceh Ini Masuk Nominasi API 2019

Setelah itu, dua kapal pukat dibantu beberapa boat kecil langsung memperlihatkan atraksi melemparkan jaring pukat ke laut. Seorang kepala adat terus melantunkan syair-syair penyemangat yang berada dalam kapal tersebut.

Seorang wisatawan asal Australia, Steve Rhiklani mengaku baru pertama kali melihat tradisi melaut ala orang Aceh ini. Menurutnya, ini sebuah budaya yang cukup bagus dan layak dipertahankan.

“Adat melaut ini cukup bagus. Saya rasa tradisi ini harus dipertahankan,” kata Steve yang sudah lama menetap di Bali.

Kenduri Laot Festival 2018

Sementara Wali Kota Sabang, Nazaruddin mengatakan, perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih membuat pudar adat dan budaya lokal. Ini tentunya harus dibangkitkan kembali dan perlu melestarikan adat istiadat di Aceh, khususnya adat Kenduri Laot yang sudah turun temurun dilaksanakan.

Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyelenggarakan Kenduri Laot Festival 2018. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melestarikan keberadaan adat dan kebiasaan Kenduri Laot yang selalu diselenggarakan oleh nelayan di Aceh.

“Ini kita buat serentak menjadi pertama kali dan akan terus kita laksanakan setiap tahunnya,” ujarnya.

Ini juga sebagai wadah sosialisasi kearifan lokal tentang laut. Apalagi keberadaan panglima laut menjadi penting dalam tatanan kehidupan sosial nelayan di Aceh. Lembaga panglima laut bisa menjadi mediator bila ada selisih atau sengketa antar nelayan.

“Panglima laot (laut) itu menjadi mediator bila ada sengketa menjadi penghubung antara nelayan dengan pemerintah dan juga bisa menjadi lembaga yang menjaga ekosistem laut, dan yang terpenting panglima laot itu menjadi pemersatu,” ujarnya.

Filosofi yang terpenting dari Kenduri Laot adalah rasa syukur seluruh nelayan terhadap apa yang telah didapatkan dari laut. Laut menjadi sumber rezeki bagi nelayan yang tinggal di pesisir, khususnya masyarakat Sabang.

Menurutnya, ini bisa menjadi daya tarik wisatawan mancanegara datang ke Sabang. Mereka selama ini tidak pernah melihat kebiasaan nelayan yang ada di Aceh saat sebelum dan sesudah melaut.

“Dengan adanya acara Kenduri Laot ini akan bisa mendatangkan banyak wisatawan mancanegara ke Sabang nantinya,” ucapnya.

Wisatawan mengunjungi objek wisata tugu kilometer nol Indonesia di Desa Iboih, Kota Sabang, Aceh

Aceh Siapkan 110 Event Wisata di 2020 Demi Gaet 3 Juta Wisatawan

Aceh ingin menjadi tujuan primadona pariwisata.

img_title
VIVA.co.id
29 Februari 2020