Menjelajahi Keunikan Masjid Pintu Seribu di Tangerang
- VIVA/Sherly
VIVA – Bagaimana jadinya berkunjung ke lokasi wisata religi yang memiliki seribu pintu? Ya, di wilayah Kota Tangerang tepatnya di Kampung Bayur, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang, terdapat masjid yang memiliki seribu pintu atau dijuluki Masjid Pintu Seribu.
Namun siapa sangka, masjid dengan nama asli Masjid Agung Nurul Yaqin yang dibangun oleh keturunan Arab, Syekh Al-Bakhir Mahdi atau Al-Faqir dengan anggaran Rp19 miliar ini punya aturan yang cukup unik. Hal itu terkait untuk tidak sembarang berkunjung dan berkeliling masjid, khususnya bagian dalamnya.
Masjid dengan arsitektur yang diadopsi dari Mekah dan didominasi oleh warna hijau, emas, hitam dan putih ini dari luar seperti bangunan tua yang tak begitu terurus. Namun, jika masuk ke dalam, bangunan dengan luas 2.125 meter persegi itu tampak seperti bangunan bersejarah dengan pagar berwarna emas yang menjadikan pintu masuk setiap lorong Masjid Pintu Seribu.
Agung, salah seorang pengurus masjid mengatakan, masjid tersebut hanya dibuka pada waktu tertentu, seperti perayaan hari besar islam ataupun menjelang bulan Ramadan.
"Ini tidak dibuka setiap hari dan tidak semua orang masuk sembarangan atau dapat mengabadikan kondisi masjid. Ini memang sudah aturan dan dibukanya juga di waktu tertentu dengan pendampingan pengurus," katanya, Minggu, 28 April 2018.
Hal itu, lantaran ada belasan makam keramat para syeikh yang dimakamkam di lokasi tersebut. Selain itu, karena bangunan masjid yang tua dan ada beberapa bagian yang keropos dikhawatirkan akan ambruk bila terus didatangi oleh pengunjung.
"Kalau mau ibadah atau masuk harus isi buku tamu dahulu sebelum memasuki masjid yang dibangun pada 1978 ini," ujarnya.
Bentuk dan peraturan yang ada di masjid pun tak ayal membuat masjid itu sempat diduga sebagai tempat menyebarkan aliran sesat.
"Pernah memang dituduh ada aliran sesat karena bentuknya yang tak terawat dan layaknya bangunan tua tak terurus. Tapi, di sini hanya untuk berzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya," kata Agung.
Masjid ini hanya mampu diakses dengan kendaraan roda dua dari Pusat Pemerintahan Kota Tangerang sekitar 12 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 15 sampai 20 menit. Untuk tiba di masjid ini pun harus melewati gang kecil dengan lebar 1 meter dan jarak tempuh 100 meter.
Di sana, para pengunjung akan disambut oleh penjaga yang berada di depan untuk membantu parkir dan mengisi buku tamu serta tujuan sebelum berkeliling melihat bangunan Masjid Agung Nurul Yaqin.
Tak sampai di situ, masjid tersebut pun ternyata memiliki cerita terkait ketidaksanggupan dalam menyelesaikan pembangunan masjid lantaran anggaran yang tidak cukup dan wafatnya pencetus dari pembangunan masjid tersebut yang dimakamkan di masjid tersebut. Hal itu menyebabkan pembangunan akhir tak selesai dan menjadikan masjid tersebut layaknya bangunan kuno.
Sementara Afana, salah seorang pengunjung mengaku kagum dan sedikit takut pada kesan pertama melihat bangunan masjid tersebut.
"Kagum sih melihatnya karena tinggi dan besar layaknya benteng, tapi saya takut juga melihatnya karena tidak seperti masjid tapi seperti bangunan tua peninggalan bersejarah layaknya sehabis perang gitu," tuturnya.
Alasan dia datang ke masjid itu pun sengaja hanya untuk berswafoto mengabadikan bangunan tua itu. Meskipun ia harus kecewa ketika mengetahui tak semua bangunan masjid dapat dieksplorasi.
"Ada aturan yang enggak boleh ambil sembarang foto. Ya, sedih juga tapi tetap saya bisa ambil foto bagian luar dan beberapa bagian dalam yang diizinkan," ucapnya.