Mitos dan Keindahan Pulau Mare, Dihuni oleh Lumba-lumba Liar
- www.indonesia-tourism.com
VIVA – Indonesia kaya akan keindahan alam dan budaya. Beragam budaya dan festival digelar untuk memperkenalkannya kepada para wisatawan nusantara dan mancanegara.
Salah satunya adalah Festival Tidore 2018 yang digelar mulai 29 Maret 2018 hingga 12 April 2018. Keseruan Festival Tidore 2018 di Maluku Utara dimanfaatkan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) untuk mengeksplorasi kekayaan alam daerah setempat, termasuk Pulau Mare.Â
Daya tarik utama Pulau Mare adalah sekumpulan lumba-lumba liar. Jika ingin melihat lumba-lumba di tempat ini, wisatawan bisa naik kapal kayu dari Pelabuhan Rum, Ternate. Perjalanan biasanya memakan waktu sekitar 20 menit dari pelabuhan.Â
Berdasarkan keterangan warga, untuk melihat lumba-lumba kita harus berangkat 06.00 WIT dan sekitar jam 18.00 WIT. Namun, waktu yang direkomendasikan adalah pukul 06.00 WIT. Karena, di jam itu para lumba-lumba baru bangun dari tidurnya.Â
"Walau tidak bertemu lumba-lumba, masih banyak yang bisa didapat di Pulau Mare ini. Kita bisa melakukan diving atau snorkeling. Apalagi pemandangan bawah laut Pulau Mare luar biasa, keanekaragaman ikan-ikan di laut ini juga tak kalah luar biasanya," kata Elza Dari GenPI Jogja dalam siaran persnya di Jakarta, Senin 2 April 2018.
Selain itu, wisatawan bisa menyaksikan keindahan ekosistem hutan Mangrove di Pulau Mare. Mengelilingi pantai yang ada di pulau ini juga bisa kamu lakukan. Menyaksikan aktivitas warga, saat mencari ikan di laut, atau bercocok tanam di perkebunan maupun di sawah juga seru.
MitosÂ
Pulau Mare juga dikenal sebagai pulau penghasil gerabah. Gerabah dari Pulau Mare banyak digunakan masyarakat dari Maluku hingga Papua. Anehnya, laki-laki di Pulau Mare tak satu pun yang dapat membuat gerabah. Semua jenis gerabah dibuat oleh perempuan.
Menurut mitos di Pulau Mare, sejak dahulu laki-laki di Pulau Mare dilarang membuat gerabah. Membuat gerabah adalah pekerjaan perempuan. Konon apabila larangan itu dilanggar, maka laki-laki tersebut tidak bisa punya anak.
Mitos tersebut hingga kini masih berlaku di Pulau Mare. Meskipun begitu, bukan berarti semua proses pekerjaan membuat gerabah dilakukan oleh perempuan.
Untuk menggali tanah liat yang terdapat di gunung, biasanya dilakukan oleh laki-laki. Begitu juga setelah gerabah jadi, maka tugas kaum laki-laki yang menjualnya ke luar pulau. Â
Gerabah yang dihasilkan merupakan gerabah tradisional. Gerabah digunakan untuk membakar sagu yang disebut forno, hito untuk membakar dupa, ngura-ngura untuk menutup makanan, kuali, belanga, dan lainnya.
Akses menuju Pulau Mare juga cukup mudah. Untuk ke Tidore, wisatawan harus naik kapal dari Pelabuhan Bastiong Ternate menuju ke Pulau Tidore. Harga tiket kapal reguler ini sekitar Rp 10.000 per orang. Tetapi jika ingin menyewa kapal harga sewanya adalah Rp100 ribu per perjalanan.
Dari Pulau Tidore, perjalanan ditempuh lewat pelabuhan penyeberangan rakyat. Tepatnya, di Kelurahan Tomalou. Dari Tomalou, kamu bisa naik kapal regular seharga Rp35 ribu per orang. Selain itu bisa menyewa kapal motor masyarakat menuju ke Pulau Mare.Â
Â