Kisah Istana Raja Opium yang Terbengkalai di Semarang
- VIVA /Dwi Royanto
VIVA – Sebuah rumah besar khas Tionghoa berdiri kokoh di kampung Bojongsalaman atau Bukit Simongan, Kota Semarang. Jarang yang tahu bahwa rumah penuh sejarah itu menjadi saksi bisu jejak pengusaha candu dan gula terkaya di Asia.
Ya, bekas istana yang kian tak terurus itu adalah peninggalan keluarga Oei Tiong Ham. Seorang konglomerat kaya raya di kota lumpia sekitar abad-19. Oei Tiong Ham diketahui menghabiskan masa kecilnya bersama sang ayah, Oei Thie Sien di rumah berlantai dua itu.
Oei Tiong Ham dikenal sebagai pengusaha opium dan jual beli gula terkaya se-Asia Tenggara yang meninggal pada 1924 silam. Kala itu kekayaannya ditaksir mencapai 200 juta gulden (mata uang lama Belanda).
Jejak istana Oei Tiong Ham diceritakan oleh Mbah Warni (86 tahun), salah satu warga yang menghuni kawasan tersebut. Mbah Warni mengaku telah menempati kawasan itu sejak tahun 1960 silam.
Tak hanya Warni, rumah besar bekas istana itu juga dihuni oleh sepuluh warga lain. Bangunan berlantai dua berusia hampir tiga abad itu masih terlihat asli. Meski beberapa di antaranya telah keropos di makan usia.
"Sejak tinggal di sini, warga sudah tahu kalau rumah ini pernah dihuni oleh Oei Tiong Ham, orang paling kaya di Semarang waktu itu," kata Mbah Warni, Kamis, 29 Maret 2018.
Ia mengisahkan, sempat suatu waktu perwakilan keluarga Tiong Ham beberapa kali menyambangi rumah raksasa itu. Tujuannya tak lain untuk melihat peninggalan keluarganya yang pernah tersohor di masa lampau.
"Yang datang cicitnya Tiong Ham, perempuan, masih muda. Tiga tahun lalu kemari, lihat-lihat ke dalam, tanya-tanya apa saja peninggalan harta buyutnya," ujarnya.
Sejak awal tinggal di bekas istana itu, Mbah Warni masih ingat betul masih ada sejumlah perabot asli di rumah itu. Seperti dua patung macan, meja marmer, lukisan China hingga wadah hio ukuran besar.
Namun barang-barang itu kini sudah tidak ada lagi. Karena sebelumnya, rumah peninggalan Tiong Ham sempat digunakan sebagai asrama tentara. Kebetulan, Mbah Warni semula ikut suaminya bertugas sebagai prajurit TNI di kawasan Simongan.
"Suami saya asli Ponorogo. Kemudian tahun 1960 disuruh tinggal di sini. Dulunya kampung ini hutan, cuma ada rumah ini saja. Lalu lama-kelamaan beberapa tentara pindah kemari, dan punya keturunan sampai sekarang," tuturnya.
Ditawar Rp2 miliar
Yanti, salah satu warga lainnya menambahkan, meski tercatat sebagai bangunan syarat sejarah, namun rumah bekas istana orang terkaya itu kini terbengkalai. Selain tembok kusam, atap bocor, bangunan itu kian memprihatinkan.
"Memang kelihatannya rapuh tapi kayunya kokoh. Lantainya juga masih asli. Sempat mau dicongkelin orang tapi saya larang. Kusen jendelanya juga ada yang mau beli Rp700 ribu. Malahan, kayu atapnya sempat ditawar Rp2 miliar," tuturnya.
Yanti menuturkan, jika dulu pemerintah setempat pernah mengunjungi rumah itu dan ingin menjadikan rumah itu sebagai bangunan cagar budaya. Tapi sampai saat ini belum ada tindaklanjutnya.
Saking tuanya, rumah bekas pengusaha opium dan gula ternama itu juga banyak ditempati oleh penghuni alam lain. Ia dan keluarganya bahkan sudah sangat akrab dengan gangguan makhluk astral yang menghuni rumah tua itu.
"Ada sosok perempuan yang konon merupakan anak terakhir Tiong Ham. Arwahnya sering bergentayangan saat siang maupun malam hari untuk menampakkan diri," ujarnya.