Singgah ke Desa Tradisional Maori, Suku Asli Selandia Baru
- whakarewarewa.com
VIVA –Tak banyak tahu bahwa orang-orang Selandia Baru bukan berasal dari Inggris atau Eropa sana, melainkan Suku Maori. Suku ini adalah suku asli Negeri Kiwi yang datang ke daratan Selandia Baru dari Polinesia sekitar tahun 1250-1300 silam.
Sebelum orang Eropa datang ke sana, Suku Maori lah yang mendiami Selandia Baru. Meski sekarang keturunan Suku Maori asli sudah banyak yang menikah dengan orang Eropa, namun masih banyak warga negara Selandia Baru yang merupakan keturunan Maori.
Masih banyak pula desa-desa tradisional Maori yang dipertahankan dan dijadikan destinasi wisata. Salah satunya Whakarewarewa, yang sempat VIVA kunjungi saat berada di Rotorua, Selandia Baru, dalam rangka memenuhi undangan dari Tourism New Zealand (TNZ) beberapa waktu lalu.
Berdiri di area geothermal yang terbentuk karena aktivitas vulkanik yang terjadi di bawah tanah selama ribuan tahun lamanya, Desa Whakarewarewa dulunya juga merupakan tempat dibangunnya benteng Maori pertama di Selandia Baru, Te Puia sekitar tahun 1325.
Benteng ini dikenal mustahil untuk ditembus musuh. Sebagai informasi, zaman dahulu Suku Maori sempat terlibat perang saudara yang cukup panjang sebelum akhirnya berperang dengan orang Eropa.
Nah, sekarang desa itu sudah menjadi destinasi wisata terkenal di kalangan wisatawan dalam maupun luar negeri. Pengunjung yang datang bisa melihat langsung kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Maori yang masih sangat mempertahankan nilai dan tradisi leluhurnya, di tengah zaman modern ini.
Saat kami ke sana, kami melihat sendiri bahwa orang-orang Maori yang tinggal di desa tersebut masih melakukan pertemuan rutin di semacam balai rakyat tradisional. Mereka juga memanfaatkan aktivitas geothermal di bawah tanah untuk menghangatkan rumah-rumah mereka di musim dingin.
Baca: Pelesir ke Wai-O-Tapu, Tempat Paling Surealis di Bumi
Kami juga diajak menyaksikan pertunjukkan seni Suku Maori, yang terdiri dari Waiata atau lagu-lagu tradisional berbahasa Maori yang mengisahkan tentang sejarah mereka, Patere atau seruan-seruan, permainan stik, tarian poi dan Haka. Yang terakhir ini merupakan tarian yang zaman dahulu dilakukan sebelum perang melawan musuh.
Tarian ini hanya bisa dilakukan oleh pria, karena mereka harus memberikan pertunjukkan yang menakutkan, seperti memperlihatkan mata melotot dan menjulurkan lidah. Semuanya dilakukan untuk menakuti-nakuti musuh.
Baca: Bagai di Film Hollywood, Berendam Air Panas di Tengah Hutan
Tak lupa kami mampir untuk melihat geiser Pohutu, sejumlah kolam lumpur, sungai air panas yang penuh dengan asap dan kolam air panas, yang digunakan untuk mandi, dan ada pula yang digunakan untuk memasak.
Baca: Geiser Lady Knox, Pertunjukan Geothermal Memukau di Rotorua
Pengunjung juga bisa mencicipi kuliner tradisional Suku Maori bernama Hangi. Hidangan satu ini terbilang unik karena dimasak di dalam tanah. Karena daerah ini merupakan area geothermal aktif yang terus mengeluarkan suhu panas, jadi warga di sini sudah terbiasa memasak dengan menggunakan tungku alami, yang dibuat cukup dengan menggali tanah.
Semua bahan makanan bisa dimasak menjadi Hangi, mulai dari daging, ikan, jagung, kentang, pie dan masih banyak lagi. Menariknya lagi, orang Maori juga terbiasa tak pernah menambahkan garam dan bumbu lainnya saat memasak hangi.
"Buat apa merusak cita rasa alami makanan yang sudah sangat lezat dengan menambahkan garam?" ujar pemandu wisata kami waktu itu.
Bagi Anda yang ingin mengenal sejarah dan kehidupan masyarakat tradisional Maori di sini, harga tiket masuknya mulai dari NZ$36-NZ$63 (Rp355 ribu-Rp621 ribu) per orang untuk dewasa, dan NZ$15.75-NZ$36 (Rp155 ribu-Rp355 ribu) per orang untuk anak-anak. Harganya tergantung paket yang Anda pilih, mulai dari Cultural Experience saja atau ditambahkan menu Hangi pilihan Anda.
Untuk informasi selangkapnya, kunjungi situs www.whakarewarewa.com.