Sampah di Bawah Laut Nusa Penida Bali Disorot Media Asing
- Rich Horner
VIVA – Keindahan laut Bali memang telah memikat banyak wisatawan termasuk wisatawan asing. Namun, baru-baru ini seorang wisatawan asal Inggris bernama Rich Horner telah membagikan video bawah laut Bali yang mengejutkan banyak orang.
Horner merekam kondisi bawah laut di Manta Point, salah satu spot diving populer di kawasan Nusa Penida yang dipenuhi dengan sampah plastik dan bungkus makanan. Bahkan tidak jarang ikan-ikan yang ada di sana melesat melewati gundukan sampah itu.
Video itu pun diunggahnya ke dalam akun Facebook pribadinya pada 3 Maret 2018 lalu. Dia menuliskan bagaimana arus laut membawa sampah-sampah tadi dan mengganggu keberlangsungan hidup hewan-hewan penghuni laut.
Video tersebut menunjukkan Horner berenang melintasi sampah-sampah itu selama beberapa menit. Tidak hanya itu, video tersebut juga memperlihatkan banyak pula sampah yang mengambang di atas permukaan air laut.
"Kantong plastik, botol plastik, gelas plastik, lembaran plastik, ember plastik, sikat plastik, sedotan plastik, keranjang plastik, kantong plastik, kantong plastik, plastik, plastik, begitu banyak plastik!" ucapnya dalam akun tersebut, dikutip dari laman The Guardian, Kamis, 8 Maret 2018.
Ia juga mengatakan bahwa tak ada ikan pari manta yang ada di sana karena banyaknya sampah di bawah laut. "Kejutan, tidak banyak manta yang berkumpul di cleaning station ini. Mereka memutuskan untuk tidak mengganggu," katanya lagi.
Sebagai informasi, Manta Point menjadi salah satu spot yang sering dikunjungi oleh banyak pari manta. Namun, dalam video tersebut hanya ada satu ekor manta yang terlihat di sana.
Unggahan Horner pun mendapatkan perhatian dari khalayak luas. Unggahan ini juga membuat media asing menyoroti persoalan sampah di Indonesia yang kini telah mencemari perairan sekitar Nusantara.
Sampah memang telah menumpuk di lautan Bali selama beberapa bulan belakangan. Gundukan sampah ini paling banyak berasal dari pulau Jawa yang terbawa arus laut selama musim hujan tahunan.
Menurut Rivers, Oceans, Lakes and Ecology (ROLE) Foundation yang berbasis di Bali, Indonesia sendiri diketahui memproduksi sekitar 130.000 ton sampah plastik setiap hari, dan hampir setengah dari jumlah tersebut ditimbun di tanah. Selebihnya dibakar atau dibuang secara ilegal di sungai dan laut.
“Dengan perencanaan pemerintah yang buruk dan tingkat kesadaran masyarakat yang rendah tentang limbah dan daur ulang, Indonesia sekarang merupakan negara pencemar plastik terbesar kedua di dunia setelah China,” demikian ditulis di The Guardian,