Terungkap, Kisah Penemuan Desa Hobbit di Selandia Baru

Hobbiton.
Sumber :

VIVA – Penggemar film trilogi The Lord of the Rings (LOTR) yang diadaptasi dari novel karya J. R. R. Tolkien dengan judul sama, pasti tahu tentang The Shire, desa cantik tempat tinggal hobbit, ras humanoid yang tinggal di Middle Earth dalam dunia fiksi Tolkien. Mereka dijelaskan sebagai makhluk bertubuh pendek dengan telapak kaki yang lebar dan telinga yang lancip, agak memanjang ke atas.

7 Cara Cepat Membasmi Kutu Kasur agar Tidak Kembali Lagi!

Jika Anda tahu tentang The Shire, Anda pasti tahu bahwa desa ini tak hanya ada di dunia imajinasi Tolkien, melainkan ada di dunia nyata, yakni di Pulau Utara, Selandia Baru, tepatnya di kawasan Waikato. Di sanalah The Shire dibangun untuk dijadikan lokasi syuting film LOTR dan trilogi The Hobbit yang merupakan prekuel LOTR.

Lokasi syuting itu lantas dipertahankan bentuk aslinya dan dijadikan destinasi wisata yang dinamakan Hobbiton Movie Set. Nah, pernahkah Anda mendengar tentang sejarah Hobbiton? Banyak yang belum tahu awal mula sutradara LOTR, Sir Peter Jackson menemukan kawasan indah di Waikato yang kemudian disulap menjadi The Shire hingga akhirnya kini menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di Negeri Kiwi.

Rumah Produksi Indonesia-Malaysia Berkolaborasi Produksi Film Salah Santet

Pencarian Panjang Sir Peter jackson

Saat VIVA berkunjung ke Hobbiton beberapa waktu lalu, dalam rangka memenuhi undangan dari Tourism New Zealand (TNZ), kami pun baru mendengar tentang sejarah tempat wisata tersebut. Semuanya diceritakan oleh sopir bus yang membawa kami dari Auckland ke wilayah tengah Pulau Utara, tepatnya kawasan Waitomo.

Dibintangi Mael Lee hingga Sara Wijayanto, Film Maju Serem Mundur Horror Potret Kisah Mahassiwa Abadi

Sang sopir bus yang sekaligus merupakan pemandu wisata kami mengatakan bahwa awalnya, sebelum ada Hobbiton, daratan tersebut merupakan sebuah tanah peternakan domba seluas 505,8 hektare milik keluarga Russell Alexander.

Pada bulan September tahun 1998, Jackson dan timnya sedang mencari kawasan untuk lokasi syuting LOTR. Kala itu, Jackson secara spesifik mencari tempat yang secara fisik mirip dengan apa yang digambarkan Tolkien di novelnya mengenai The Shire, yaitu lahan hijau berbukit-bukit yang masih asri, dengan danau di tengahnya, punya udara bersih dan pemandangan yang indah.

"Ia pun sampai di sebuah peternakan dan mengetuk pintu rumah keluarga Alexander. Waktu itu Alexander sekeluarga sedang menonton pertandingan olahraga di televisi," kata pemandu wisata kami.

Ketika pintu terbuka, Jackson mengenalkan diri dan meminta izin untuk melihat-lihat kawasan peternakan milik Alexander. Sang tuan rumah menjawab dengan cuek, dan mengatakan bahwa Jackson boleh melihat-lihat peternakannya. Pesannya cuma satu, ia tak boleh mengganggu domba-domba peliharaannya. Ia pun menutup pintu rumah dan kembali menonton pertandingan olahraga di TV.

Begitu kagetnya Jackson ketika melihat lahan peternakan di belakang rumah keluarga Alexander. Ia sangat terpesona dengan alam yang ada di depan matanya. Ia pun pulang dengan hati yang puas karena telah menemukan rumah untuk para hobbit di filmnya.

The Shire Hadir di Dunia Nyata

Bulan Maret 1999, pembangunan lokasi syuting LOTR dimulai, dengan bantuan tentara Selandia Baru yang dikontrak untuk membangun jalan dari jalanan utama ke lahan peternakan Alexander. Itu karena sebelumnya, belum ada jalanan aspal menuju ke daerah perternakan itu.

Pada bulan Oktober di tahun yang sama, proses syuting film pertama dari trilogi LOTR, yakni The Fellowship of The Ring dimulai di Wellington. Sementara itu, pembangunan dan desain lokasi syuting Hobbiton tetap berjalan.

Barulah pada Desember 1999, proses syuting di Hobbiton dimulai dan berlangsung selama tiga bulan. Setelah proses pengambilan gambar selesai, bangunan rumah-rumah Hobbit di peternakan tersebut pun dihancurkan.

"Setelah film pertama dirilis, warga yang ada di Waikato penasaran akan desas-desus mengenai lokasi syuting LOTR yang disebut-sebut ada di kawasan tempat tinggal mereka. Saking luasnya Waikato, dan rumah warga yang sangat berjauhan satu sama lain, tak ada yang tahu bahwa pernah ada proses syuting film Hollywood di salah satu peternakan di sana," ucap pemandu wisata kami.

Setelah mereka mengetahui lokasi syuting The Shire ada di peternakan Alexander, mereka pun berbondong-bondong datang ke rumah Alexander untuk melihat desa Hobbit yang ada di film LOTR. Mereka pun kecewa ketika mengetahui bahwa seluruh lokasi syuting telah dihancurkan.

Lahirnya Hobbiton

Suatu hari di tahun 2009, Alexander kembali kedatangan tamu spesial. Jackson kembali ke Waikato dan bertanya apakah dia bisa membangun lagi lokasi syuting The Shire untuk film prekuel LOTR, yakni trilogi The Hobbit di tempat yang sama. Alexander mengizinkan, lagi-lagi dengan satu syarat, yakni ketika proses syuting selesai, The Shire tak boleh dihancurkan.

Jackson menyanggupinya dan pembangunan pun dimulai di tahun tersebut, namun kali ini dengan menggunakan bahan-bahan permanen. Hobbiton pun dibuka untuk umum dan mulai dikelola secara profesional dan lebih terorganisir, yaitu dengan menyediakan pemandu wisata dan pengelompokan tur.

Bulan Maret 2015, Hobbiton menyambut wisatawan kesatu juta yang berkunjung ke sana. Hingga saat ini, Hobbiton masih dikelola oleh keluarga Alexander. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya