Pantai Ngurbloat Maluku, Pasirnya Halus Seperti Tepung
- Viva.co.id/Anisa Widiarini
VIVA – Pasir putih membentang, halus terasa saat kaki menapak. Desiran ombak yang tak membuncah tinggi, berpadu dengan angin sepoi-sepoi.
Surga, inilah kata yang tepat untuk menggambarkan pantai pasir panjang Ngurbloat di Desa Ngilngof. Pantai sepanjang 5 km ini disebut National Geographic sebagai pantai yang memiliki pasir paling halus nomor 2 di dunia, tepatnya memiliki tekstur seperti tepung.
Pantai Ngurbloat ini berjarak 20 kilometer dari Tual, ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara, atau sekitar 17km dari Kota Langgur di pulau Kei kecil.
Sepanjang mata memandang, pantai yang masih belum banyak terjamah ini menyajikan hamparan gradasi biru hijaunya air laut.
Sekilas, warna biru hijau yang berpendar di kejauhan itu mengingatkan pada warna air di Raja Ampat, namun meskipun sama-sama berada di Timur Indonesia, Pantai Ngurbload memiliki kondisi cuaca yang lebih sejuk.
Selain cuaca dan view yang memanjakan, Ngurbloat juga mirip pantai pribadi. Hampir sepanjang hari pantai yang belum banyak terjamah ini hanya sering didatangi penduduk lokal.
"Kalau hari biasa, memang seperti ini. Toko juga banyak yang tutup. Tapi kalau kaka datang hari sabtu pe minggu, ramai orang," ujar Madame, salah satu penjual pisang dan sukun goreng di pantai Ngurbloat.
Siang itu memang terlihat sepi, VIVA berkunjung di hari Jumat. Di pinggir pantai, toko-toko terlihat tutup, begitu juga toko milik Madame.
Ngurbload pantai yang cantik, namanya sudah terkenal di seluruh dunia. Tapi Madame mengaku tak banyak turis asing yang datang.
"Biasanya hanya orang di sekitar sini saja yang datang, ya seperti kaka ini, datang dari Jakarta. Tak ada orang asing. Jarang," ujarnya sambil mengumpulkan sampah daun kering dan ranting di bibir pantai.
Warga yang tinggal di sekitar pantai Ngurbload memang sangat menjaga kebersihan pantai. Setiap hari mereka menyapu tak hanya area sekitar rumahnya saja, namun hingga beberapa meter menjauh dari area rumahnya.
Tak hanya toko dan saung-saung kecil, di pantai ini ada penginapan dan pemandian umum, lengkap dengan area parkir. Saung-saung yang ada di sana juga terlihat terawat, dengan papan pesan yang ditulis untuk mengingatkan pengunjung agar tak buang sampah sembarangan.
Jika ingin berenang, pantai ini adalah tempat yang cocok. Airnya jernih dan segar, cocok untuk snorkling. Sayangnya, belum ada jasa yang menyewakan alat snorkling yang memadai di sini.
Mencapai tempat ini juga tidak sulit. Dari Jakarta, VIVA mengambil penerbangan menuju Ambon kurang lebih 4 jam perjalanan. Lalu menyambung penerbangan menuju bandara Karel Satsuitubun (Dumatubun) di kota Langgur dengan menempuh perjalanan selama 1 jam.
Dari Bandara Dumatubun Langgur menuju pantai tak jauh, naik mobil sewaan, tak lebih dari satu jam, Anda sudah sampai ke pantai ini.
Tarif menuju Pantai ini untuk pengendara roda dua Rp20.000 sedangkan untuk pengendara roda empat Rp30.000. Tarif memasuki wisata pantai ini tidak mengacu pada banyaknya orang yang memasuki pantai melainkan pada jenis kendaraan apa yang ditumpangi.
Jika ingin menginap, Madame mengatakan tarifnya bisa ditawar. Rata-rata harganya tak lebih dari Rp200-300 ribu per malam. Jika ingin menginap di hotel, Anda bisa bertolak ke kawasan Langgur. Banyak hotel yang menawarkan penginapan dengan harga mulai dari Rp500 ribu, namun dengan pelayanan terbaik.
Waktu paling favorit datang ke pantai ini adalah sore hari. Karena Anda bisa melihat indahnya sunset berwarna jingga yang memukau. (ren)