Mengukur Kemampuan Berbahasa Inggris Siswa di Jepang
- Reuters/Carlos Barria
VIVA.co.id – Kalau di Indonesia, bahasa Inggris semakin sering digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahkan kalangan anak-anak juga remaja, semakin banyak yang fasih berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Bahasa internasional itu, kerap terdengar di mana pun, kapan pun, dengan rentang usia berapa pun. Namun, bagaimana penerapan bahasa Inggris ini di Jepang?
Baru-baru ini, di Jepang terungkap rendahnya kemampuan guru di Kyoto dalam berbahasa Inggris. Dan hasil survei secara nasional mengungkap tentang kemahiran berbahasa Inggris para siswa sekolah menengah pertama.
Menteri Pendidikan, Budaya, Olahraga Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi di negeri Sakura ini, belum lama ini menguji kemampuan mendengar, bicara, dan membaca pada 60.000 siswa kelas tiga di seluruh Jepang. Saat hasil dicapai, diketahui bahwa 20-30 persen siswa ditemukan menemui standar yang ditetapkan Kementerian Pendidikan.
Dilansir dari Rocketnews24, siswa-siswa yang diuji di sini adalah siswa kelas tiga sekolah menengah atas, yang artinya mereka telah memenuhi standar kelulusan sekolah menengah pertama, yang secara teknis lebih maju dalam mempelajari bahasa asing.
Yang jadi masalah lebih besar adalah hasil tersebut tidak di semua bagian, tapi hanya di bagian menulis. Sementara itu, sekitar setengah dari para siswa menunjukkan tingkatan kemampuan di bagian ini, 20 persen siswa mendapat nilai nol dalam bagian menulis.
Melihat hanya 20-30 persen siswa yang memenuhi standar keseluruhan, sulit untuk secara pasti mengatakan jika masalahnya terletak pada instruksi yang tidak efektif, standar tinggi yang tidak masuk akal, atau kombinasi keduanya.
Di sisi lain, satu dari lima siswa yang tidak bisa mencapai nilai satu pun di bagian menulis, tampaknya indikator nyata bahwa metode mengajar yang baru perlu diadaptasi.
Kementerian akan mendorong sekolah untuk mengharuskan siswa menulis surat elektronik dalam bahasa Inggris. Itu mungkin cara terbaik untuk diterapkan bagi para siswa. (art)