Membully di Medsos Tanda Anak Muda Tak Percaya Diri
- REUTERS/Damir Sagolj
VIVA.co.id – Media sosial bukan hanya jadi 'diary online' setiap orang, tapi kini jadi media untuk mengungkapkan pendapat satu sama lain. Tapi sayangnya, komentar yang ditulis sering kali mengarah pada cyber bullying dan melukai orang lain.
Kasus meninggalkan komentar yang menghujat kerap kali kita lihat pada akun Instagram terkenal. Banyak juga dari para komentator itu masih berusia belasan tahun dan dewasa muda. Mengapa demikian?
Usia remaja adalah fase di mana mereka masih dalam tahap pencarian jati diri. Kurangnya edukasi tentang menghargai perbedaan, dan orang lain jadi beberapa alasannya. Mereka juga sering salah persepsi dan malah berpikir bahwa membully orang lain adalah hal yang keren.
Seperti dikatakan oleh Psikolog Anak, Astrid Wen yang ditemui usai acara tentang kanker anak di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kepada VIVA.co.id.
"Karena memang mereka belum tahu benar-benar bahwa itu enggak keren. Terus sekarang enggak kelihatan, kita enggak tahu siapa yang mencaci maki, jadi dia bisa bersembunyi di balik akun. Karena terus terang, kekerasan di Indonesia masih tinggi banget, kita budaya untuk saling menghargai perbedaan, menghadapi ekspresi seseorang masih rendah," ujarnya menjelaskan.
Menurutnya, semua orang, mulai dari generasi muda membutuhkan edukasi, bagaimana cara berucap di media sosial. Saat ini, orang yang extrovert atau hobi mengungkapkan dirinya, jauh lebih dihargai, dibanding orang yang tidak mengungkapkan ekspresinya di media sosial.
"Sehingga kalau dia mendapat pengakuan, seolah-olah dia lebih baik atau lebih positif. Itu menjadi nilai kepercayaan dirinya dia."
Lebih lanjut Astrid mengatakan, "Padahal sebenarnya, terlepas kamu mau cuma dapat satu like atau enggak dapat like, kamu tetap berharga. Kamu tetap punya nilai kepercayaan diri yang baik, itu yang sangat sukar diyakini remaja. Jadi remaja berlomba-lomba mencari kepercayaan diri di dunia media sosial." (ms)