Terungkap Alasan Orang Indonesia Sulit Bersaing di Luar Negeri
- Pixabay
VIVA – Berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, bukan lagi hal tabu di zaman moderen ini. Oleh karena itu, memiliki kemampuan berbahasa Inggris menjadi salah satu modal untuk bisa berkomunikasi di berbagai belahan bumi.
Meski menjadi salah satu tuntutan era moderen, berdasarkan data EF English Proficiency Index, Indonesia masih menduduki peringkat ke-61 dari 100 negara yang berpartisipasi.
Executive Director of Academic Affairs & Partnership EF Education First, Dr. Minh Tran mengatakan, terjadi penurunan skor dari 51.58 pada 2018, menjadi 50.06 di tahun ini. Peringkat tersebut, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kecakapan bahasa Inggris yang rendah.
Angka tersebut, di bawah nilai rata-rata kecakapan bahasa Inggris kawasan Asia (53.00) atau peringkat ke-5 di bawah negara ASEAN lainnya.
“Singapura dengan skor (66.82), Filipina (60.04), dan Malaysia (58.55) di tingkat kecakapan Sangat Tinggi, serta Vietnam (51.57) di tingkat kecakapan Menengah,"ungkapnya saat konferensi pers di Jakarta, Rabu 11 Desember 2019.
Padahal, kata Dia, kemahiran berbahasa Inggris memiliki korelasi dengan penghasilan individu yang diukur berdasarkan pendapatan per kapita. Semakin tinggi tingkat kemampuan berkomunikasi suatu negara, semakin besar pula rata-rata pendapatan penduduknya.
"Dalam beberapa dekade terakhir, Asia telah menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi global, dipelopori oleh para pemimpin yang membangun hubungan internasional dan mendirikan perusahaan-perusahaan multinasional," ujarnya.
Kabar baiknya, lanjut Minh, terjadi peningkatan skor kemampuan bahasa Inggris di beberapa wilayah, seperti Jogjakarta dan Bandung yang menggungguli provinsi lainnya di Indonesia.
Untuk itu atas pencapaian ini, Minh akan menganugerahi predikat Best Region dan Most Improved Region kepada provinsi Yogyakarta dan Best City kepada kota Bandung melalui penghargaan EF EPI Best Awards 2019.
"Memiliki kemahiran berbahasa Inggris akan memberikan peluang bagi kita untuk mengakses berbagai ide, studi kasus, koneksi atau jaringan yang lebih luas. Kemampuan ini, memungkinkan setiap orang untuk mengejar peluang karir lainnya,” ucapnya.